Rupiah Loyo, Terseret Utang Jatuh Tempo Pemerintah Rp800 Triliun

Estimated read time 3 min read

JAKARTA – Rupiah melemah 87 poin atau 0,54% menjadi Rp 16.282 pada perdagangan hari ini setelah sebelumnya diperdagangkan Rp 16.196 per dolar AS. Rupiah dibuka pada Rp 16.271 terhadap dolar AS, menurut Bloomberg.

Pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan indeks dolar AS melanjutkan kenaikan kuat minggu lalu setelah laporan nonfarm payrolls yang kuat menunjukkan para pedagang secara tajam memangkas ekspektasi penurunan suku bunga di bulan September.

“Pasar fokus pada pertemuan The Fed mendatang, dengan keputusan suku bunga diperkirakan akan diambil pada hari Rabu. Bank sentral diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tidak berubah,” tulis Ibrahim, Senin (10 Juni 2024).

Baca juga: Utang Indonesia Capai Rp 800 Triliun di 2025, Begini Penjelasan Sri Mulyani

Namun, setiap sinyal mengenai kebijakan di masa depan akan diawasi secara ketat, terutama setelah adanya tanda-tanda ketahanan inflasi AS dan pasar tenaga kerja AS baru-baru ini. Beberapa pejabat Fed telah memperingatkan bahwa bank sentral akan mempertahankan suku bunga tinggi untuk jangka waktu lama mengingat tingginya inflasi dan pasar tenaga kerja yang kuat. Data nonfarm payrolls yang kuat pada hari Jumat memperkuat gagasan tersebut.

Data utama inflasi CPI juga tersedia minggu ini menjelang keputusan Fed pada hari Rabu, dan inflasi diperkirakan akan tetap jauh di atas target tahunan The Fed sebesar 2% pada bulan Mei.

Selain itu, data produk domestik bruto menunjukkan bahwa perekonomian Jepang menyusut sedikit lebih kecil dari perkiraan pada kuartal pertama. Namun perekonomian masih mengalami keterpurukan. Data PDB muncul menjelang pertemuan Bank Sentral Jepang akhir pekan ini, di mana bank sentral diperkirakan akan mulai memperketat kebijakan dengan mengurangi pembelian aset.

Baca Juga: Jokowi Akan Warisan Utang Rp 8.000 Triliun untuk Ditanggung Presiden Baru di Akhir Masa Jabatan

Berdasarkan sentimen dalam negeri, jatuh tempo utang negara akan mencapai Rp 800,33 triliun pada tahun 2025. Meski besarnya utang negara yang terhutang kerap menimbulkan pertanyaan dan kekhawatiran, namun utang tersebut masih berada dalam koridor aman beberapa surat utang.

Misalnya, selama negaranya kredibel, persepsi terhadap APBN baik, dan kebijakan fiskal ekonomi dan politik tetap stabil. Kementerian Keuangan sebelumnya mengingatkan utang negara yang jatuh tempo pada 2025 sebesar Rp 800,33 triliun. Jumlah tersebut terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) senilai Rp705,5 triliun dan pinjaman senilai Rp94,83 triliun.

Tingginya jatuh tempo utang negara merupakan dampak dari pandemi Covid-19. Saat itu, Indonesia membutuhkan tambahan belanja hampir Rp 1000 triliun. Sementara itu, pendapatan pemerintah turun 19 persen karena perekonomian mengalami stagnasi.

Sementara keringanan utang dilakukan melalui skema pembagian beban dengan Bank Indonesia (BI) agar neraca BI tetap kuat, nilai fiskalnya tetap kredibel, dan dapat diterima secara politik melalui penggunaan surat utang pemerintah yang jatuh tempo maksimal tujuh tahun. Berdasarkan data di atas, mata uang rupiah pada perdagangan selanjutnya diperkirakan akan berfluktuasi namun akan kembali ditutup melemah pada kisaran Rp 16.270-16.330.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours