Rusia Jelaskan Mengapa Putin Tak akan Hadiri Sidang PBB di New York

Estimated read time 2 min read

MOSKOW – Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin tidak akan menghadiri Majelis Umum PBB tahun ini di New York karena Amerika Serikat (AS) tidak layak menjadi tuan rumah acara semacam itu.

Sidang Umum PBB dibuka pada Selasa (10/9/2024) dan akan berakhir pada 30 September.

KTT ini akan diakhiri dengan acara penting selama seminggu antara tanggal 23 dan 27 September, yang akan mencakup pidato beberapa pemimpin dunia, termasuk Presiden AS Joe Biden, Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, dan Presiden Prancis Emmanuel Macron.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky juga diperkirakan akan menghadiri dan menyampaikan pidato pada 25 September.

Mengomentari keterlibatan Moskow, Peskov mengungkapkan Putin tidak berencana terbang ke New York.

“Hal ini belum terjadi dalam beberapa tahun terakhir. AS adalah negara yang tidak memenuhi kewajibannya sebagai negara tuan rumah PBB dengan cara terbaik. Jadi, mungkin ini bukan tempat terbaik untuk dikunjungi saat ini,” katanya. . katanya. perwakilan pers.

Terakhir kali Putin berpidato di Majelis Umum PBB adalah pada tahun 2015, dan pada tahun 2020 ia menyampaikan pidato yang direkam sebelumnya di acara tersebut.

Setelah konflik di Ukraina dimulai pada Februari 2022, AS menjatuhkan sanksi kepada pejabat tinggi Rusia, termasuk Putin dan Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov.

Namun, berdasarkan Perjanjian Markas Besar tahun 1947 antara AS dan PBB, Washington diwajibkan untuk memberikan keamanan dan akses tidak terbatas kepada diplomat dan perwakilan negara-negara anggota ke markas besar PBB.

Dalam konteks ini, delegasi Rusia ke Majelis Umum PBB akan dipimpin oleh Lavrov.

Para pejabat Rusia telah berulang kali menuduh AS gagal memenuhi kewajibannya di PBB, dengan alasan penundaan yang lama dalam mengeluarkan visa bagi pekerja Rusia.

Pada bulan April 2023, AS kembali menolak masuknya jurnalis Rusia yang menemani Lavrov ke markas besar PBB, dan para pejabat di Washington menuduh mereka menyebarkan “propaganda”.

Lavrov mengkritik keputusan tersebut dan mengatakan AS “melakukan sesuatu yang bodoh”. Washington, tambahnya, “menunjukkan betapa pentingnya jaminan tersumpahnya mengenai perlindungan kebebasan berpendapat, akses terhadap informasi, dan banyak lagi.”

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours