Rusia-Korut Teken Pakta Pertahanan, Sekjen NATO Kesal

Estimated read time 2 min read

OTTAWA – Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg geram setelah Rusia dan Korea Utara menandatangani pakta pertahanan bersama.

Menurutnya, perjanjian pertahanan baru tersebut menunjukkan tumbuhnya persatuan antar negara otoriter.

Stoltenberg menekankan pentingnya negara-negara demokratis menunjukkan kesatuan.

Presiden Vladimir Putin menandatangani perjanjian dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengenai perjanjian pertahanan bersama, sebuah langkah untuk mengevaluasi kebijakan Moskow terhadap Pyongyang.

Stoltenberg mengatakan Korea Utara telah memasok senjata dalam jumlah besar kepada Rusia, sementara Tiongkok dan Iran juga mendukung Moskow dalam perangnya melawan Ukraina.

“Kita perlu melihat bagaimana kekuatan otoriter membandingkan diri mereka sendiri. Mereka saling mendukung dengan cara yang belum pernah kita lihat sebelumnya,” katanya dalam konferensi pers saat kunjungan resmi ke Ottawa, menurut Reuters, Jumat (6 /20/2024).

“Ketika mereka menjadi lebih beragam – rezim otoriter seperti Korea Utara dan Tiongkok, Iran, Rusia – semakin penting untuk menampilkan diri kita sebagai negara yang percaya pada kebebasan dan demokrasi,” lanjut ketua BORN.

Menurutnya, semakin berkembangnya hubungan Rusia dengan negara-negara Asia lainnya menjadi prioritas NATO untuk bekerja sama dengan sekutunya di Asia-Pasifik.

Dia menambahkan bahwa inilah sebabnya para pemimpin dari Australia, Jepang, Selandia Baru dan Korea Selatan diundang ke pertemuan NATO di Washington bulan depan.

Selain itu, Stoltenberg percaya bahwa Kanada akan memenuhi tujuan NATO untuk membelanjakan 2% produk dalam negerinya untuk pertahanan.

Pemerintahan Liberal Kanada, yang menghabiskan miliaran dolar untuk program sosial, hanya menghabiskan 1,37% PDB untuk militernya. Pada bulan April, mereka merilis rencana untuk mencapai 1,76% pada tahun 2030.

“Anggota NATO lainnya prihatin dengan keseimbangan keuangan, mereka ingin mengeluarkan uang untuk kesehatan (dan) pendidikan,” katanya.

“Jika kita tidak bisa menjaga perdamaian, maka apa yang kita lakukan di bidang kesehatan, perubahan iklim dan pendidikan akan gagal…,” jelasnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours