Rusia tuduh Prancis mengikis kebebasan berpendapat dengan tahan Durov

Estimated read time 2 min read

MOSKOW (ANTARA) – Pihak berwenang Prancis dituduh melanggar kebebasan berekspresi, termasuk nilai-nilai, dengan pernyataan mereka tentang penangkapan pendiri Telegram Pavel Durov, kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova pada Selasa (27/8). .

“Para pejabat Paris tidak menunjukkan penolakan, namun pelanggaran terhadap nilai-nilai yang mereka sebutkan sebelumnya, termasuk kebebasan berekspresi,” tulis Zakharova di halaman Telegram, mengomentari kasus Durov.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia memberikan perhatian khusus terhadap pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Senin (26/8).

Sebelum pernyataannya (Presiden Macron), Kementerian Luar Negeri Prancis menjelaskan bahwa dia menolak mengungkap situasi seputar pendiri Telegram karena “penghormatan terhadap sistem peradilan Prancis.” Apakah ini berarti Macron tidak menghormati sistem peradilan Prancis?” tulis Zakharova di laman Telegram.

Lahir di Rusia, Durov adalah warga negara banyak negara, termasuk Perancis.

Seorang pria berusia 39 tahun ditangkap di bandara utara Paris pada Sabtu (24/8) atas tuduhan penggunaan ilegal aplikasi Telegram buatannya, termasuk terorisme, perdagangan narkoba, pencucian uang, dan penipuan.

Terkait penangkapan pendiri Telegram, Presiden Macron mengatakan penangkapan Durov merupakan keputusan hukum dan bukan keputusan politik.

Pernyataan Macron muncul setelah kritikus Perancis menuduhnya menyerang kebebasan berekspresi dan hak jutaan pengguna Telegram di seluruh dunia.

Kedutaan Besar Rusia di Prancis mengatakan pihak berwenang Prancis menolak bekerja sama ketika kedutaan Rusia meminta penjelasan mengenai penangkapan Durov.

Sumber: Sputnik-OANA

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours