Sabun Daun Kelor, Inovasi Ramah Lingkungan dari Pesisir Madura

Estimated read time 2 min read

SUMENEP – Sabun Daun Kelor atau Moringa Soap menjadi salah satu pilihan yang ramah lingkungan. Produk ini tercipta berdasarkan penelitian di kawasan pesisir Madura Sumenepe.

Sabun daun kelor dikembangkan bersama oleh peneliti Fakultas Pertanian dan Fakultas Teknologi Pertanian Universiti Jember (UNEJ). Idenya bermula dari kondisi kehidupan masyarakat di kawasan pesisir pantai, khususnya di Desa Pakandangan Sangla, Kecamatan Pluto, Kabupaten Sumenepe.

“Secara geografis, kulit lebih sensitif terhadap kekeringan akibat paparan sinar matahari dan air laut. Pembuatan sabun dari daun kelor dimulai agar masyarakat dapat menjaga kulitnya tetap terhidrasi secara alami tanpa harus khawatir dengan efek samping bahan kimia,” ungkapnya. Profesor, Dekan Fakultas Pertanian UNEJ. .

Setelah mendalami materi dan berbagai percobaan, tim peneliti membekali warga Desa Pakandangan Sangra dengan alat produksi dan praktik pembuatan sabun pada awal Agustus 2024.

Mereka mendemonstrasikan kepada warga cara membuat sabun kelor. Tujuannya untuk menambah pengetahuan warga tentang manfaat daun kelor dan membuka peluang ekonomi baru bagi mereka.

“Inovasi ini tidak hanya berdampak pada kesehatan kulit, tetapi juga memperkuat perekonomian masyarakat setempat. Melalui alat produksi sabun kelor, kami berharap masyarakat setempat dapat berproduksi secara mandiri, memberikan peluang usaha baru yang ramah lingkungan dan tahan lama. ,” kata Profesor Soetriono.

Dosen Universitas Jember ini menjelaskan, sabun kelor tidak mengandung bahan kimia sintetis seperti SLS (sodium lauryl sulfate) dan COCO DEA yang biasa ditemukan pada sabun komersial. Selain itu, sabun ini juga bebas bahan pengawet dan mudah terurai secara alami sehingga ramah lingkungan.

Manfaat sabun kelor lainnya antara lain menutrisi kulit, mengangkat sel-sel mati, membersihkan kulit dari kotoran dan bakteri, melembabkan kulit secara alami, serta memberikan efek relaksasi aromaterapi dengan tambahan minyak esensial/pengharum yang dapat disesuaikan.

Ahmad Nurdi, Ketua Kelompok Tani Desa Pakandangan Sangra, mengungkapkan kebanggaannya atas inovasi tersebut. “Saya tidak menyangka dengan banyaknya produk turunan daun kelor dan sabun kelor ini, masyarakat bisa memanfaatkan sepenuhnya kekayaan potensi kelor yang ada di desa kita sekaligus menjaga kesehatan kulit,” ujarnya.

Kerja sama antara Fakultas Pertanian dan Fakultas Teknologi Pertanian Universiti Jember dalam proyek ini merupakan contoh nyata bagaimana perguruan tinggi dapat berperan positif dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui inovasi berkelanjutan.

Bahan baku yang dihasilkan daun kelor tidak hanya memiliki manfaat bagi kesehatan, namun juga menghasilkan berbagai produk turunan antara lain bubuk, teh celup, makanan ringan, kapsul dan minyak, serta diharapkan menjadi produk berkualitas dan bernilai ekonomi tinggi bagi masyarakat pesisir. .

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours