Saluran air ditutup, 50 rumah di Lubang Buaya terdampak banjir

Estimated read time 2 min read

Jakarta (ANTARA) – Sekitar 50 rumah warga Kelurahan Lubang Buaya RT 13/RW 09, Kecamatan Sipayung, Jakarta Timur, terendam banjir akibat penutupan paksa saluran penghubung sungai yang ditutup paksa oleh pemilik kavling. . melalui saluran.

“Memang tempat ini sering banjir, tapi hanya sementara. Sehabis hujan mungkin sekitar lima menit akan normal kembali. Belum pernah terjadi banjir seperti ini,” kata Bambang Kunkoro, warga Lubang Buya, Jakarta Timur. .

Dia menduga, banjir yang melanda lima puluh rumah di RT 13 setinggi paha orang dewasa itu disebabkan oleh adanya saluran penghubung sungai besar yang jebol oleh warga yang mengaku pemilik tanah tersebut. Baca juga: Siswa SMA Buang 0,8 Ton Sampah di Sungai Kilivung “Pemilik tanah (yang bukan warga di sini) mengaku punya tanah meski kanal itu dibangun Pemkab,” kata Bambang.

Menurut dia, tak hanya rumah warga RT 13 yang terdampak banjir, warga RT 04 juga ikut terdampak akibat tersumbatnya pipa air.

Informasinya tersebar di beberapa RT, kemungkinan berdampak pada lebih dari 50 kepala keluarga (KK). Harapannya, pemerintah secepatnya membuka kembali kanal tersebut dan membukanya hari ini,” harapnya. Baca juga: Drainase Jakarta Pusat Petojo Utara mengaku beberapa kali warga melaporkan permasalahan tersebut ke aparatur setempat, namun tidak ditanggapi.

“Kami mendatangi setiap organisasi, tapi tidak ada jawaban sama sekali, kami mendapat harapan palsu, mereka bilang ingin menyusui, tapi tidak ada,” ujarnya.

Warga lainnya berinisial H mengatakan, penutupan saluran sejak 27 Agustus 2024 menyebabkan air meluap dan menimbulkan bau tak sedap.

“Saat ini kita sedang membicarakan keadaan pemukiman warga yang masih tergenang air, sudah banjir, masuk ke rumah warga, sebentar lagi mencair, kami mohon bantuan petugas pemadam kebakaran dalam hal ini. , “katanya. . Baca juga: Di Jakarta Timur, 24 kampung siaga bencana telah didirikan di kawasan rawan banjir.

“Airnya sudah tidak layak lagi, banyak warga yang gatal-gatal, airnya berbau tidak sedap,” ujarnya.

Ia pun menyayangkan penutupan salah satu sisi saluran air yang dilakukan pemilik rumah. Sebenarnya saluran ini sudah ada sejak tahun 1980-an, sedangkan pembeli tanah baru melakukannya pada tahun 1998.

“Jadi sekarang (saluran air) tersumbat (pemilik lahan mengaku salurannya tersumbat) Iya. Jadi kalau kami memasuki tempat ini kami akan lapor ke polisi. Padahal, penyebab terjadinya banjir di rumah warga adalah karena saluran tersebut ditutup paksa oleh pemilik tanah, ujarnya.

Hingga saat ini, warga berharap adanya solusi permasalahan air sungai dari Pemerintah Kota Jakarta Timur melalui Suku Dinas Sumber Daya Air (SDA) Jakarta Timur.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours