Sanksi Barat Bikin Puluhan Kapal Tanker Minyak Menganggur

Estimated read time 2 min read

JAKARTA – Puluhan kapal tanker minyak yang pernah membawa minyak mentah Rusia kini kosong dan menganggur di lepas pantai Rusia, China, dan Turki setelah terkena sanksi Barat. Bloomberg melaporkan hal ini, setelah menganalisis data pelacakan.

Beberapa dari 53 kapal tersebut menjadi sasaran karena melanggar batasan harga G7 pada ekspor minyak Rusia, sementara yang lain diidentifikasi sebagai milik perusahaan pelayaran Rusia, Sovcomflot. Sementara itu, hukuman lain diberikan atas dugaan bahaya lingkungan.

Pada bulan Februari, AS menargetkan Sovcomflot dan lebih dari selusin kapal yang berafiliasi dengan perusahaan milik negara tersebut. Baca Juga: Berhasilnya Embargo Tenaga Surya, Pendapatan Minyak Rusia Melonjak

Berdasarkan data yang dikutip, hampir semua operator minyak yang melanggar sanksi AS, Inggris, dan UE sejak bulan Oktober tidak dapat mengangkut kargo apa pun sejak saat itu. Hanya tiga dari mereka yang dilaporkan meninggal karena pengangkatan yang berat, dan kemudian petugas mereka dibunuh sehingga pekerjaan dapat dilanjutkan.

Bloomberg mencatat bahwa tarif pengiriman telah turun karena sanksi, sebuah pertanda kuat bahwa sanksi Barat sedikit banyak telah mengganggu pengiriman. Namun mereka gagal menaikkan tarif Rusia untuk barang-barang tertentu.

Seperti kita ketahui, negara-negara Barat menerapkan batasan mata uang bersama yang diikuti dengan embargo minyak lepas pantai Rusia sebagai upaya untuk menyerang perekonomian Rusia. Selain itu, sanksi tersebut juga bertujuan untuk mengurangi aliran minyak mentah Rusia di pasar dunia agar tidak menimbulkan kenaikan harga.

Langkah-langkah tersebut akan diberlakukan mulai Desember 2022, dan akan diikuti pada Februari 2023 dengan pembatasan serupa terhadap ekspor produk minyak Rusia.

Moskow meresponsnya dengan mengalihkan sebagian besar ekspor energinya ke Asia, khususnya India dan Tiongkok, di mana minyak mentah Rusia dapat dijual di atas batas harga Barat karena New Delhi dan Beijing memilih untuk tidak ikut menerapkan sanksi terhadap salah satu produsen minyak terbesar di dunia.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours