Satu Lagi Masalah IKN Terungkap, Kali Ini Terkait Rusun ASN

Estimated read time 2 min read

JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sedang mencari investor untuk pembangunan perumahan Aparatur Sipil Negara (ASN) di IKN melalui program Kerjasama Badan Usaha Pemerintah (KPBU). Namun sejauh ini belum ada investor yang tertarik untuk bekerjasama dengan pemerintah dalam proyek tersebut.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menjelaskan alasannya, biaya investasi yang perlu disiapkan investor di IKN cenderung lebih mahal dibandingkan proyek lainnya. Tingginya nilai investasi ini pada akhirnya menjadi pertimbangan pemerintah dalam program pengembalian investasi atau keuntungannya.

“Bagi saya, KPBU perumahan ASN itu mahal, biaya moneternya bisa dua hingga tiga kali lipat,” kata Menteri Basuki usai membuka acara HUT Ikatan Konsultan Nasional Indonesia (INKINDO) di Jakarta, Kamis (20/6). 2024).

Lebih lanjut Menteri Basuki memaparkan perbandingan antara proyek Rusun KPBU di IKN dengan proyek Jembatan Callender Hamilton. Pembangunan 37 jembatan yang sebelumnya dilakukan Kementerian PUPR membutuhkan investasi sekitar Rp 700 miliar melalui program KPBU.

Namun investor memperoleh imbal hasil dalam jangka waktu 15 tahun, dan total imbal hasil investasi bisa mencapai Rp 1,5 triliun. Berbeda dengan proyek Rusun ASN di IKN yang nilai proyeknya diperkirakan sekitar Rp30,8 triliun untuk pembangunan 66 tower di IKN. Nilai investasi yang tinggi ini menjadi pertimbangan pemerintah yang matang untuk menjalin program KPBU bersama swasta.

Jadi kita masih hitung dengan benar, lebih baik ambil pinjaman karena bunganya masih rendah, pungkas Menteri Basuki.

Sebelumnya, portal MNC menyebutkan setidaknya ada tiga pelaku ekonomi yang saat ini telah mengajukan program KPBU ke Kementerian PUPR untuk pembangunan perumahan ASN di IKN. Pertama ada PT Summarecon Agung Tbk dan perusahaan pembentuk konsorsium yakni China Construction First Group Corp. Ltd (CCFG) dan PT Risjadson Brunsfield Nusantara.

Summarecon akan membangun 6 menara dan Konsorsium Nusantara akan membangun 60 menara. Dari sisi nilai investasi, konsorsium China diketahui bernilai Rp30,8 triliun, sedangkan Summarecon bernilai Rp1,67 triliun.

“Mereka akan menggarap perumahan ASN dan keamanan pertahanan melalui program KPS. Hal itu tidak berlaku untuk pembangunan 47 menara PNS yang bersumber dari APBN. Ini dilakukan dalam program KPBU,” kata Direktur Penyelenggaraan Pembiayaan Perumahan Kementerian PUPR Haryo Bekti Martoyoedo di kesempatan lain.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours