Seberapa aman bedah laparoskopi untuk atasi GERD?

Estimated read time 2 min read

Jakarta (ANTARA) – Bedah laparoskopi merupakan prosedur invasif minimal yang hanya memerlukan sayatan kecil untuk memasukkan kamera dan instrumen bedah khusus.

Cara ini dinilai aman untuk mengatasi banyak masalah, termasuk GERD (gastroesophageal reflux disease) atau asam lambung.

“Laparoskopi untuk GERD adalah pilihan terbaik bagi pasien yang tidak memberikan respons yang baik terhadap pengobatan,” kata ahli bedah gastrointestinal Dr. Eko Priatno, SpB-KBD, dalam keterangannya, Sabtu.

Prosedur ini dapat memperbaiki katup antara lambung dan kerongkongan yang merupakan penyebab utama naiknya asam lambung.

“Sebagian besar pasien dapat kembali beraktivitas normal dalam waktu lebih singkat dibandingkan operasi tradisional,” ujarnya.

Gejala GERD antara lain sakit maag (heartburn), regurgitasi asam lambung, kesulitan menelan, batuk kronis, dan suara serak.

Meskipun terapi obat dapat mengurangi gejala, tidak semua pasien mendapatkan manfaatnya, kata Dr. Eko dari RS Bethsaida Gading Serpong.

Untuk kasus GERD yang tidak dapat ditangani dengan pengobatan medis, RS Bethsaida Gading Serpong menawarkan solusi modern melalui operasi laparoskopi yang ditangani langsung oleh Dr. Eko Priatno, Sp.B-KBD.

Beberapa keunggulan operasi laparoskopi dibandingkan operasi terbuka tradisional antara lain pemulihan yang lebih cepat, risiko infeksi yang lebih rendah, dan nyeri pasca operasi yang lebih sedikit.

Operasi laparoskopi untuk GERD sering direkomendasikan untuk pasien dengan gejala GERD, ketika pasien mengalami gejala GERD yang parah dan berkepanjangan yang tidak membaik dengan pengobatan.

Penderita masalah GERD seperti esofagitis (radang esofagus), penyempitan esofagus, atau esofagus Barrett yang berisiko terkena kanker sebaiknya menggunakan cara ini.

Dianjurkan juga bagi pasien yang perlu menggunakan antasida atau penghambat pompa proton (PPI) untuk mengendalikan gejala namun masih belum mendapatkan perbaikan yang signifikan, serta bagi mereka yang mengalami efek samping pengobatan jangka panjang yang menurunkan kualitas hidup mereka. , “katanya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours