Sejarah Berlian Koh-i-Noor, Permata di Mahkota Ratu Elizabeth II yang Dicuri Kerajaan Inggris dari India

Estimated read time 2 min read

INGGRIS – Berlian Koh-i-Noor, salah satu berlian terbesar dan paling terkenal di dunia, memiliki sejarah panjang dan kontroversial. Terletak di tengah mahkota Ratu Elizabeth II, berlian ini telah menjadi simbol kekayaan dan kekuasaan, dan juga menjadi pusat perdebatan sengit tentang kolonialisme dan perampasan budaya.

Asal muasal berlian Koh-i-Noor secara pasti belum dapat ditentukan secara pasti. Berbagai legenda dan mitos telah berkembang selama berabad-abad. Beberapa sumber menyatakan bahwa berlian tersebut berasal dari India, sementara sumber lain menyatakan bahwa berlian tersebut berasal dari Iran atau Afghanistan.

Seperti diberitakan NBC News, Jumat (23/8/2023), legenda kuno kerap mengaitkan berlian ini dengan kutukan. Siapa pun yang memilikinya akan mengalami kesialan. Namun, cerita-cerita ini lebih merupakan mitos daripada fakta sejarah.

Foto/Berita NBC

Sejarah berlian Koh-i-Noor

Berlian Koh-i-Noor telah berpindah tangan beberapa kali melalui penaklukan, perang, dan perkawinan politik. Berlian ini pernah dimiliki oleh berbagai penguasa India, Mughal, Persia, dan Afghanistan.

Puncak konflik terjadi ketika berlian ini jatuh ke tangan Kerajaan Inggris. Berlian ini diperoleh Inggris pada abad ke-19 melalui serangkaian peristiwa termasuk penaklukan dan aneksasi wilayah di India.

Beberapa pihak mengklaim bahwa akuisisi ini dilakukan secara ilegal dan merupakan bentuk penjarahan kolonial.

Klaim dan perselisihan mengenai kepemilikan berlian Koh-i-Noor

Sejak kemerdekaan India, Pakistan dan negara-negara lain di kawasan ini, terdapat tuntutan untuk mengembalikan berlian Koh-i-Noor. Negara-negara tersebut mengklaim bahwa berlian merupakan bagian integral dari warisan budaya mereka dan harus dikembalikan ke negara asalnya.

Pemerintah Inggris menolak semua klaim tersebut dengan alasan bahwa berlian tersebut diperoleh secara sah melalui perjanjian dengan penguasa India terakhir. Namun argumen tersebut masih patut dipertanyakan mengingat konteks sejarah kolonial saat itu.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours