Sejarah kirab api PON, dimulai sejak 1969 hingga ke Aceh

Estimated read time 3 min read

JAKARTA (ANTARA) – Aceh dan Sumatera Utara akan menjadi tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON) ke-21 yang digelar pada tahun 2024. Untuk menyambut grand opening tersebut, tradisi karnaval api PON digelar.

Karnaval Api Pekan Olahraga (PON) Sumut ke-21 digelar pada 27 Agustus 2024. Kirab api PON ke-21 dimulai dari Kota Sabang menuju 23 kabupaten/kota di Provinsi Aceh dan berakhir di Banda Aceh yang apinya masih menyala.

Karnaval Api PON tidak hanya sekedar tradisi, melainkan simbol persatuan, semangat dan antusiasme seluruh masyarakat Indonesia yang mengikuti ajang olahraga tersebut. Obor yang menyala ini mewakili semangat kompetisi dan komunitas yang kuat.

Setiap tahunnya pembukaan PON di Indonesia terkenal dengan karnaval api PON yang berlangsung di seluruh area PON. Namun sepengetahuan kita, kirab api PON hanya diadakan pada PON edisi ke-8 di Surabaya pada tahun 1969.

Kisah parade api MON

Sebelum PON, ada pembukaan bendera negara dan pengibaran bendera yang menandai dimulainya kompetisi olahraga nasional di Indonesia.

Upacara bendera dilaksanakan dengan membawa bendera PON menuju lokasi pembukaan PON. Usai kedatangan bendera PON, dilakukan upacara pengibaran bendera PON yang dihadiri oleh presiden, aktivis, atlet, dan warga wilayah tuan rumah PON.

Tradisi PON terus dipertahankan, mulai dari PON I di Surakarta tahun 1948 hingga keputusan dibukanya PON ke 7 di Surabaya tahun 1969 yang digantikan dengan parade.

Mirip dengan parade bendera nasional, pawai api ini akan digelar di beberapa wilayah dalam rangka MON yang masih menyala. Nyala api yang terdapat pada obor PON ini berasal dari sumber api alami yang abadi.

Api abadi dipilih pada Pesta Api PON karena api abadi terbentuk ketika gas alam keluar dari dalam bumi dan terbakar di dalam api sehingga menimbulkan nyala api yang tidak dapat padam. Dengan demikian, nyala api PON dimaknai sebagai simbol semangat kebangsaan Indonesia.

PON ke-7 tahun 1969 menjadi awal dibukanya PON ala kirab api tersebut. Di Jawa Timur, Desa Larangan Tokol, Tlanakan, Pamekasan, Pulau Madura, sumber api PON yang selalu menyala menyala.

Ada pawai obor yang dimulai dari Pamekasan, Bangkalan, dan Surabaya dengan rute sepanjang 97 km. Kebakaran berlangsung selama satu jam delapan jam hingga mencapai tujuan, selanjutnya api diserahkan kepada Walikota dan kepala daerah.

Namun pada PON ke-8 dan ke-9 yang digelar di Jakarta, api PON yang terinspirasi dari prosesi api Olimpiade muncul di bawah sinar matahari di sekitar monumen nasional.

Pada saat PON ke-10 tahun 1981 di Jakarta, api PON kembali diambil dari sumber alam, Api Abadi Mrapen dari desa Manggarmas di Grobogan, Jawa Tengah.

Selama 11 hari PON Raha di Solo, obor dinyalakan sementara pada malam hari untuk menghormati kota pertama tuan rumah PON.

Api kemudian merambat ke berbagai wilayah yakni Klaten, Yogyakarta, Bantul, Ciamis, Bogor dan akhirnya sampai ke Jakarta.

Parade api masih diadakan setiap tahun pada pembukaan PON. Saat PON ke-15 di Surabaya, api abadi Kayangan Api, Bojonychro menjadi sumber api PON.

Kemudian pada PON XVII Samarinda, api PON muncul dari api abadi Sungai Siring di Samarinda Utara.

Sementara itu, kebakaran PON ke-20 di Papua mencapai Klamono di Sorong, kawasan ditemukannya minyak dan gas bumi pertama di Papua pada tahun 1936.

Cerita baru PON XXI menyelenggarakan pesta olahraga ini di dua daerah yakni Aceh dan Sumatera Utara. Sumber api PON berasal dari belerang Gunung Merapi Jaboi, Sukayaja, Sabang.

Karnaval yang berapi-api ini menambah sesuatu yang baru dalam upacara pembukaan PON, yaitu mempertegas semangat juang simbolis dan persatuan bangsa.

Sejak saat itu, prosesi api menjadi bagian penting dalam upacara pembukaan seluruh PON sehingga menambah kemegahan dan maknanya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours