“Self-harm” bisa jadi tanda percobaan bunuh diri

JAKARTA (ANTARA) – Psikiater atau Psikiater Dr. Willie Steven, Sp.KJ mengatakan, tindakan menyakiti diri sendiri juga termasuk dalam kategori bunuh diri.

Pengumuman itu disampaikan Wiley pada Selasa, 10 September dalam diskusi daring Kementerian Kesehatan RI bertepatan dengan Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia.

“Mungkin orang itu tidak bunuh diri. “Tapi ingat, ada kurangnya kegembiraan di baliknya,” kata Wiley dalam diskusi online.

Oleh karena itu, perilaku “melukai diri sendiri” mempunyai potensi nyata untuk menjadi lebih bersifat bunuh diri.

Menurutnya, orang yang “menyakiti diri sendiri” membutuhkan persahabatan yang lebih dalam. Orang-orang di sekitar Anda—teman dan keluarga—bisa memahami ciri-ciri orang yang “melukai diri sendiri” atau bunuh diri untuk mencegah hal ini terjadi.

Misalnya saja, orang yang melakukan tindakan menyakiti diri sendiri bukanlah orang yang secara terang-terangan mengatakan dirinya “berniat bunuh diri”. Namun hal sederhana seperti bosan dengan hidup dan merasa tidak berguna juga bisa menjadi tandanya.

“Biasanya kami suruh dia beribadah kalau dia mengeluh. “Sebenarnya bagi orang-orang yang membuat tanda-tanda ini, kita bisa mendalami lebih dalam apa yang mereka rasakan,” kata Willey.

Sesuai dengan tema Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia tahun ini, “Mengubah Narasi Bunuh Diri,” Wiley mengimbau masyarakat untuk mempertimbangkan pencegahan bunuh diri.

“Tema tahun ini adalah mengubah narasi dengan memulai percakapan tersebut,” kata Willey. “Bahkan, ketika kita bertanya kepada orang yang ingin bunuh diri, mereka bisa merasa lega karena merasa dimengerti.”

Wiley menambahkan, dengan keterbukaan ini, masyarakat menjadi lebih terbuka dan mencegah tindakan bunuh diri.

Tak hanya itu, jika bunuh diri tidak lagi dilarang, maka semua pihak mulai dari pemerintah hingga seluruh lapisan masyarakat akan lebih memberikan perhatian dan edukasi terhadap pencegahan bunuh diri.