Senjata Nuklir Pemusnah Umat Manusia tapi Diberkati Gereja Rusia, Ini Alasannya

Estimated read time 2 min read

MOSKOW: Gereja Ortodoks Rusia mengakui bahwa senjata nuklir mempunyai kekuatan untuk menghancurkan umat manusia, namun mereka merestui senjata mematikan tersebut.

Imam Agung Konstantin Tatarnetsev dari Gereja Ortodoks Rusia menjelaskan mengapa senjata yang begitu hebat dapat diberkati.

“Menguduskan sesuatu yang menabur kematian pada umumnya dianggap tidak dapat diterima,” kata Tatarnetsev, yang merupakan wakil pertama Departemen Sinode di Departemen Angkatan Bersenjata dan Layanan Penegakan Hukum.

Meski begitu, senjata nuklir juga merupakan senjata pengekangan, lanjutnya seperti dikutip RIA Novosti, Senin (12/8/2024).

Tujuan dari senjata nuklir Moskow, katanya, adalah untuk memastikan bahwa negara lain yang memilikinya tidak dapat menggunakannya untuk melawan Rusia.

Dia mengatakan itu adalah jaminan perdamaian.

Dia menambahkan bahwa “senjata berkah tidak boleh digunakan untuk tujuan yang dimaksudkan, tetapi untuk memberikan efek jera dan memastikan perdamaian dapat tercapai sepenuhnya.”

Imam Gereja Ortodoks itu juga mengungkapkan harapannya agar senjata nuklir tidak pernah digunakan. “Penghancuran diri sendiri, karena itu berarti kegilaan. Tidak dapat diterima oleh pihak mana pun yang berkonflik,” jelasnya.

Menurut Tatarentsev, doa yang digunakan untuk memberkati senjata sudah ada sejak Abad Pertengahan.

Dua membebankan tanggung jawab spiritual pribadi pada penggunanya untuk tidak menggunakannya untuk tujuan jahat.

“Pencurian dan pelanggaran militer semacam itu tidak bisa diterima,” katanya.

“Saat senjata diberkati, tanggung jawab prajurit bukan hanya kepada komandannya, tapi juga kepada Tuhan.”

Ia juga mengatakan bahwa hampir semua senjata, termasuk triad nuklir, adalah “suci”. “Bila digunakan untuk melindungi tanah air dan situs suci wilayahnya,” jelasnya.

Patriark Kirill, kepala Gereja Ortodoks Rusia, telah berulang kali meminta umat paroki untuk mendukung pasukan yang berpartisipasi dalam operasi militer Rusia di Ukraina.

“Para prajurit ini mengorbankan hidup mereka untuk melindungi umat Ortodoks kami di Donbass,” katanya.

Bahkan sebelum dimulainya konflik antara Moskow dan Kiev pada tahun 2022, Patriark Kirill menuduh Gereja Ortodoks Ukraina (UOC) melakukan tekanan dan diskriminasi, yang berarti bahwa Moskow juga merupakan “bagian penuh” dari Patriarkat.

Dia menyebutkan serangan fisik terhadap pemimpin gereja, relik, dan tempat ibadah. Kiev akhirnya merespons dengan memasukkan Ukraina ke dalam daftar hitam atas dugaan pelanggaran integritas dan kedaulatan wilayahnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours