Sepenggal Cerita Ratu Kelelawar di Balik Sejarah Panjang Pendirian RS Mata Achmad Wardi Serang

Estimated read time 5 min read

MUNGKIN belum banyak yang mengetahui kalau Serang, Provinsi Banten memiliki Rumah Sakit Kesehatan dan Amal (RS) Mata pertama di Indonesia bahkan dunia.

Baca juga: Syuting Dompet Duafa Manfaatkan Penyebaran Hewan Kurban ke Masyarakat Pelosok di Banten

Rumah Sakit Mata Achmad Wardi adalah nama rumah sakit yang terletak di atas tanah wakaf milik keluarga KH Achmad Wardi yaitu Jl Raya Taktakan Km 1, Desa Lontar Baru, Kabupaten Serang, Banten. Tanah wakaf ini dipercayakan kepada Badan Wakaf Indonesia (BWI) sebagai nayir (negara yang menerima harta wakaf dari wakaf untuk tujuan pengelolaan dan pengembangan) dan dikelola oleh Yayasan Dompet Dhuafa.

Seperti diketahui, KH Ahmad Wardi merupakan salah satu tokoh agama dan politik di Banten yang cukup dikenal masyarakat dari berbagai kalangan. Sebagai seorang pendidik di masyarakat Serang, Ahmad Wardi menjadi wadah bertanya tentang persoalan sosial sehari-hari dan ilmu agama, khususnya hak beribadah dan hak muamalla.

Banyak pemikiran dan kontribusi Abah Vardi – ia juga sering disebut-sebut di dunia politik dan sosial. Salah satunya niatnya membangun Madrasah Darul Uloom untuk masyarakat Banten di atas tanah miliknya di Serang.

Pradipta Swarsyaf, MMRS, FRSPH, CEO, Rumah Sakit Mata Ahmad Wardi,

FISQua, SCL (kanan) menjelaskan kepada wartawan tentang layanan medis VIP

Rumah Sakit Mata Ahmad Vardi.

Namun sayang, sekolah yang dibangun pada tahun 1973 tersebut gagal karena berbagai kendala. Pada tahun 2018, niat mulia Abah Wardi untuk masyarakat Banten akhirnya terwujud dengan berdirinya Rumah Sakit Mata Ahmad Wardi, tepat di atas sekolah rintisan yang dibangunnya empat dekade lalu.

Sebagian ceritanya menelusuri perjalanan panjang pembangunan Rumah Sakit Mata Ahmad Wardi yang mulai beroperasi pada 21 April 2018. Bahkan konon bangunan tua yang menjadi tempat rumah sakit tersebut sempat lama terbengkalai dan berubah menjadi sarang kelelawar. .

“Ada rumput liar yang tumbuh di sekitar bangunan tua ini, yang tingginya dua kali lipat tubuh manusia. Saat dibongkar, bangunan tua ini menjadi sarang kelelawar. “Jadi kelelawarnya harus kita hilangkan dulu,” kata Branch Chief Executive Officer sekaligus Managing Partner Zakat (MPZ) Dompet Duafa, Bobby P. Manulang Serang, saat wawancara dengan sejumlah jurnalis di Aula RS Mata Ahmad Wardi. . Banten, Rabu (6/5/2024).

Baca Juga: Atasi Tantangan Kelaparan, Dompet Dhuafa Luncurkan Gerakan Sadar Lapar

Bobby yang tergabung dalam tim awal peninjauan pembangunan RS Mata Ahmad Vardi mengatakan, butuh waktu sekitar tiga bulan untuk membasmi kelelawar tersebut. Sebab, kelelawar yang diusir dengan cara pengasapan akan kembali ke gedung untuk dibunuh dan hal ini akan terulang kembali.

Bahkan, kata Bobby, sebagian kelelawar yang diusir sudah memindahkan sarangnya ke rumah warga sekitar. Karena itu, warga marah dan frustrasi. Setelah mengetahui kelelawar yang hidup berkoloni sama dengan lebah, yakni mempunyai induk atau induk, Dompet Duafa memikirkan cara untuk memusnahkan kelelawar tersebut.

– Ternyata kawanan kelelawar tidak akan hilang kecuali ratunya diusir atau dipindahkan. Akhirnya kami menemukan seekor ratu kelelawar sebesar tangan orang dewasa, sangat besar. “Setelah ratu diusir, kami merobohkan bangunan lama dan kelelawar tidak pernah kembali,” kata Bobby.

Wawancara santai dengan wartawan di aula Rumah Sakit Mata Achmad Wardi, Serang,

Provinsi Banten, Rabu (6/5/2024).

Setelah keberhasilan pengusiran setan kelelawar, bukan berarti pembangunan Rumah Sakit Mata Ahmad Wardi berjalan mulus. Banyak kendala yang harus diatasi satu per satu, terutama terkait fasilitas dan pendanaan. Padahal, rumah sakit pertama yang dibuka bukan khusus untuk mata, melainkan untuk Kesehatan Ibu dan Anak (REA).

Setelah melakukan penelitian ekstensif, tim akhirnya sepakat bahwa rumah sakit yang didirikan hanya akan melayani kesehatan dan pengobatan mata. Alasan utama mengapa rumah sakit ini khusus mata adalah karena banyaknya rumah sakit untuk pengobatan umum dan juga banyak layanan kesehatan seperti puskesmas dan klinik di Serang.

“Lagipula saya juga berpikir kalau nanti kita jadikan rumah sakit umum, persiapannya akan sangat sulit. “Banyak persyaratan, pendanaan, dan berbagai fasilitas yang harus disediakan,” kata Bobby.

Khusus soal pendanaan, menurut Bobby, berdirinya RS Mata Ahmad Wardi terbantu oleh besarnya antusiasme para wakif, serta najir BWI dan Dompet Duafa. Bahkan ada lembaga donor seperti swasta dan perusahaan publik yang menitipkan harta wakafnya untuk pembangunan Rumah Sakit Mata Ahmad Vardi.

“Alhamdulillah RS Mata Ahmad Wardi berdiri berkat dukungan banyak pihak khususnya BWI Najir dan Dompet Duafa. “Kami berharap Rumah Sakit Mata Ahmad Wardi terus berkembang dan semakin banyak masyarakat yang merasakan manfaat dari rumah sakit mata berbasis wakaf pertama ini,” ujarnya.

Rumah Sakit Mata Ahmad Wardi diketahui merupakan satu-satunya rumah sakit di Provinsi Banten yang menggunakan teknik bedah tanpa jahitan dan menggunakan peralatan medis terkini dengan pelayanan terbaik Vitreoretinal dan Cataract Center. Selain itu, RS Mata Ahmad Wardi telah membuka Unit Gawat Darurat (UGD) untuk pelayanan kesehatan umum serta fasilitas Retina dan Glaukoma Center.

Bahkan, Rumah Sakit Mata Ahmad Wardi yang kini dialihfungsikan menjadi rumah sakit mata lengkap menjadi tempat belajar dan praktik mahasiswa kedokteran dan dokter spesialis mata Universitas Indonesia (UI).

Pradipta Suarsyaf, MMRS, FRSPH, FISQua, SCL, CEO RS Mata Ahmad Wardi mengatakan, RS Mata Ahmad Wardi saat ini memiliki 9 dokter spesialis mata dan melayani puluhan ribu pasien, 85% di antaranya merupakan peserta BPJS.

Tak hanya itu, dalam tujuh tahun berdirinya, RS Mata Ahmad Wardi juga terus melaksanakan berbagai program sosial seperti edukasi kesehatan mata, operasi katarak gratis, kacamata gratis, serta operasi retina dan glaukoma gratis bagi masyarakat kurang mampu.

Karena merupakan rumah sakit mata, maka seluruh manfaat wakaf RS Mata Ahmad Wardi kini bisa dirasakan tidak hanya oleh masyarakat Serang, Banten, tapi seluruh Indonesia.

“Semua lapisan masyarakat bisa mendapatkan kesempatan ini. “Khususnya para warga berkumis yang tadinya tuna netra, kini sudah berhenti beraktivitas dan kini sudah bisa melihat dengan jelas,” pungkas Prapditha.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours