Sering Ngerasa Sedih Picu Penurunan Kognitif Lansia

Estimated read time 2 min read

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Seiring bertambahnya usia, tidak jarang kita mengalami rasa lupa atau sedih. Namun, bagi banyak kelompok orang dewasa atau lanjut usia, masalah yang tampaknya kecil ini dapat menjadi siklus depresi dan penurunan kognitif yang merusak.

Penelitian baru yang dipublikasikan di JAMA Network Open mengungkapkan hubungan mengejutkan antara gejala depresi dan kehilangan ingatan dan menunjukkan bahwa kedua kondisi ini mungkin tumpang tindih seiring berjalannya waktu. Temuan ini menunjukkan bahwa identifikasi dini dan pengobatan depresi mungkin penting untuk menjaga kesehatan otak dan menjaga daya ingat di tahun-tahun berikutnya.

“Studi kami menunjukkan bahwa hubungan antara depresi dan buruknya ingatan berjalan dua arah. “Gejala depresi mendahului hilangnya ingatan, dan kehilangan ingatan dikaitkan dengan gejala depresi berikutnya,” kata Dr. Dorina Kadar dari University College London, seperti dilansir Study Finds, Kamis. (13.6.2024).

Untuk mengungkap hubungan kompleks antara suasana hati dan ingatan, para peneliti dari University College London dan Brighton and Sussex Medical School menganalisis data lebih dari 8.000 peserta berusia di atas 50 tahun dari English Longitudinal Study of Aging. Peserta dipantau selama 16 tahun, dengan penilaian rutin terhadap ingatan, kefasihan verbal, dan gejala depresi.

Dengan menggunakan teknik pemodelan statistik yang canggih, para peneliti memeriksa bagaimana gejala depresi dan kinerja kognitif berinteraksi dari waktu ke waktu. Mereka mengamati korelasi langsung dan efek sebaliknya jangka panjang sambil mengendalikan berbagai faktor demografi, kesehatan, dan gaya hidup.

Hasilnya memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana gejala depresi dan kehilangan ingatan saling terkait. Sepanjang waktu, orang-orang dengan gejala depresi yang lebih parah mempunyai nilai tes memori dan kemampuan verbal yang lebih buruk. Namun, hubungan tersebut tidak berhenti sampai disitu saja.

Selama penelitian, orang-orang dengan gejala depresi yang lebih parah pada awal memiliki tingkat kehilangan ingatan yang lebih cepat dibandingkan mereka yang memiliki gejala depresi lebih sedikit. Selain itu, fungsi memori dasar yang lebih buruk memperkirakan peningkatan gejala depresi seiring berjalannya waktu. Hal ini menunjukkan adanya “lingkaran setan” di mana depresi mempercepat penurunan daya ingat, yang kemudian memperburuk gejala suasana hati.

Menariknya, korelasi terbalik lebih kuat dengan ingatan, sedangkan korelasi dengan kefasihan verbal kurang jelas. Para peneliti menduga hal ini disebabkan oleh perbedaan area otak dan proses kognitif yang terlibat dalam kedua keterampilan tersebut, serta fakta bahwa kefasihan verbal menurun seiring bertambahnya usia.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours