Sesuaikan Target Ekonomi Era Prabowo-Gibran, Bahlil Naikkan Konsumsi Listrik per Kapita

Estimated read time 2 min read

dlbrw.com, JAKARTA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan target konsumsi listrik per kapita sebesar 6.000-6.500 kilowatt-jam (kWh). Hal ini seharusnya mendukung pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen.

Laju pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen menjadi target pemerintahan Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka selanjutnya. “Sejalan dengan arah politik Presiden terpilih Pak Prabowo dan Mas Gibran (Wakil Presiden terpilih),” kata Bahlil saat berbicara pada pembukaan Indonesia International Geothermal Conference and Exhibition (IIGCE) 2024 di JCC. , Senayan, Jakarta, Rabu (19 September 2024).

Keputusan ini akan dituangkan dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL). Dia akan berkomunikasi dengan Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodja. Bagaimana menemukan formulasi terbaik.

Nanti kita bahas di RUPTL dan seterusnya, gratis PLN, akan kita bahas, kata Bahlil.

Sebelumnya Menteri ESDM menjelaskan, target konsumsi listrik per penduduk sebesar 4.000-5.000 kWh. Namun hal ini didasari oleh upaya mencapai pertumbuhan ekonomi 5 persen. Kemudian Dewan Energi Nasional (DEN) menetapkan target konsumsi listrik sebesar 5.500 kWh. Hal ini mendukung pertumbuhan ekonomi sebesar 6 persen. 

Dalam kesempatan yang sama, Bahlil membahas dinamika investasi sumber energi terbarukan (EBT), khususnya panas bumi, di Tanah Air. Pemerintah, kata dia, menemukan beberapa permasalahan yang menjadi kendala dalam memaksimalkan potensi panas bumi Tanah Air. Masalah yang paling umum adalah perizinan. Secara awam, proses pengurusan izin hingga tingkat konstruksi membutuhkan waktu yang cukup lama.

“Investor bisa keluarkan izin sampai tiga tahun. Masuk Kementerian ESDM, main topik lagi. Risetnya 2-3 tahun. Jadi, Pak, gedungnya bisa dibangun di tahun ke-6. Istilahnya masa jabatan presiden satu periode,” ujarnya di hadapan Presiden Joko Widodo dan beberapa peserta JCC lainnya.

Menurut dia, jika situasi tidak berubah maka percepatan akan sulit dilakukan. Hal ini dalam konteks transisi energi. Sasaran besarnya adalah mencapai emisi nol bersih (NEE) pada tahun 2060 atau lebih awal.

Oleh karena itu, pemerintah akan melakukan perubahan. Ini adalah langkah solusinya. Caranya adalah dengan membatasi izin bagi investor.

Jadi, saya izin dari Presiden (Jokowi), kita akan mengurangi, baik dari segi kebutuhan waktunya, untuk mendorong investor lain agar mempercepat investasinya, kata Bahlil.

Ia berharap investor tidak perlu lagi ragu untuk berinvestasi di sektor energi terbarukan (EBT) atau lebih tepatnya energi panas bumi. Presiden Jokowi dan Presiden baru terpilih Prabowo Subianto melaporkan apa yang terjadi di lapangan. Pada dasarnya, ini adalah pembaruan yang berisi langkah-langkah konstruktif sebagai bagian dari percepatan.

 

Frederikus Bata

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours