Setelah Jadi Holding, Apa yang Berubah dari BUMN Asuransi?

Estimated read time 2 min read

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – State Insurance, Guarantee and Investment Holding atau Indonesia Financial Group (IFG) bertekad meningkatkan akses layanan asuransi kepada masyarakat. Wakil Presiden Eksekutif Senior IFG Reza Yamora Siregar mengatakan, sejak awal berdirinya, IFG fokus pada peningkatan model bisnisnya dan transformasi anggota induk. 

“Kami mulai mengubah pola pikir dengan memperkuat struktur pengelolaan aset dan liabilitas, cadangan dan sumber daya manusia, serta menetapkan harga premium,” kata Reza dalam seminar bertajuk “Analisis Kinerja dan Prospek BUMN Masa Depan” di Jakarta, Selasa. (11/6/2024).

Sejak diresmikan sebagai holding pada tahun 2020, IFG mulai menelusuri banyak permasalahan dan tantangan yang dihadapi anak-anak perusahaannya. Raza menjelaskan, perubahan pikiran tersebut dimaksudkan untuk menghilangkan berbagai permasalahan yang sering ditemui di cabang dan industri asuransi, seperti keterbatasan integrasi sistem database.  

“Integrasi sistem database ini merupakan hal yang sudah menjadi standar di perbankan, namun di asuransi menjadi salah satu kelemahan kami,” kata Reza. 

Oleh karena itu, Reza mengatakan klaim seringkali berasal dari polis asuransi lama yang tidak tercatat dalam catatan perusahaan. Tidak hanya integrasi sistem database di perusahaan, situasi serupa juga terjadi pada integrasi data antara IFG dan perusahaan mitra. 

“Kadang-kadang polis asuransi jiwa jangka panjang muncul pada tahun 80an atau 90an, namun perusahaan asuransi saat ini tidak mencatat informasi tersebut dengan baik,” lanjut Reza. 

Permasalahan lainnya adalah tumpang tindihnya kegiatan di sektor asuransi yang tidak sejalan dengan bisnis inti. Raza mencontohkan asuransi umum yang masih menawarkan asuransi jiwa, begitu pula sebaliknya. Raza mengatakan, hal serupa juga terjadi pada anak perusahaan IFG sebelum menjadi perusahaan induk. Reza mengatakan, efek tumpang tindih ini mengakibatkan terjadinya peristiwa underpricing.

“Dulu sering kali ada anggapan bahwa asuransi yang berhasil memiliki premi yang kuat, padahal preminya dikaitkan dengan likuiditas, terutama karena premi tersebut tidak berasal dari mentalitas bisnis inti,” lanjut Raza. 

Kini, kata Reza, IFG memastikan anak perusahaannya fokus pada bisnis inti masing-masing. Reza mengatakan, perhatian dunia usaha akan menentukan keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan di masa depan. 

“Tantangan tersulit dalam asuransi adalah harus mengetahui struktur tanggung jawabnya, baru bisa mengelola portofolionya. Kami pastikan fokus pada spesialisasi masing-masing, misalnya asuransi jiwa, kami aktif di asuransi jiwa dan kami fokus. pada penguatan sumber daya manusia,” kata Raja. 

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours