Sikapi Perubahan Iklim, UAI Bikin Desa Binaan Petani di Cianjur

Estimated read time 2 min read

dlbrw.com, CIANJUR — Dampak perubahan iklim dirasakan petani di Desa Cibeureum, Desa Sukanagalih, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Kekeringan berkepanjangan pada tahun 2023 membuat petani kesulitan mendapatkan air untuk bercocok tanam.

Dan penggunaan pestisida yang terus berlanjut oleh petani disebabkan oleh serangan terhadap tanaman seperti cabai merah, kacang hijau, pak choy, daun bawang, tomat, dan kubis. Situasi ini patut mendapat perhatian, mengingat desa tersebut merupakan pemasok pangan bagi wilayah sekitarnya dan DKI Jakarta.

Menyikapi permasalahan yang dihadapi petani, Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) bekerjasama dengan Desa Sukanagalih membangun desa bantuan. Surat kesepakatan dan persetujuan bersama ditandatangani oleh Rektor UAI Prof. kata Dr. Asep Saefuddin dan Kepala Desa Sukanagalih Dudung Djaenuddin sebelumnya berada di lokasi. Kesempatan ini juga disaksikan Bupati Pacet Yudha Azwar.

Tim Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM) UAI yang dipimpin oleh Dr Nita Noriko menemukan solusi untuk membantu petani melalui berbagai disiplin ilmu, seperti biologi, ilmu sosial, dan psikologi. Nita didampingi oleh Yunus Effendi, Risa Swandari Wijihastuti, Arief Pambudi, Alma Mandjusri, dan Liana Mailani dari sekolah UAI lainnya.

“Penyebab permasalahan selain perubahan iklim adalah meningkatnya jumlah penduduk yang harus hidup menuntut adanya perubahan lahan pertanian, tanaman alang-alang untuk menghemat dan menghemat air,” kata Nita dalam sambutannya kepada wartawan di Jakarta, Kamis (25/7/2024).

Menurut dia, permasalahan lainnya adalah kurangnya kemauan petani untuk mengetahui sistem pertanian terkini. Hal ini didasari oleh pendidikan petani yang sebagian besar berpendidikan SD, bahkan ada pula yang tidak pernah mengenyam bangku sekolah.

Pembukaan lahan di perbukitan menyebabkan erosi pada tanah subur. para petani meminta hasil panen lebih banyak untuk membantu hasil panen,” kata Nita.

Menurut Nita, UAI menawarkan solusi mulai tahun 2022 dan pada tahun 2024 pembangunan waduk dan danau akan terus dilanjutkan. Sehingga hingga saat ini 10 hektar lahan pertanian akan terselamatkan dari kekurangan air. 

“Masyarakat sangat dianjurkan untuk menerapkan sistem pertanian multicropping untuk mengurangi cedera dan penyakit. Penggunaan pupuk dan air dioptimalkan dengan menggunakan sensor pH, N, P, K dan tanah untuk mendukung pertanian berkelanjutan yang akan diterapkan di Desa Cibeureum,” kata Nita .

Manfaat yang dirasakan petani dalam PKM adalah kegiatan pertanian dapat dilakukan pada musim kemarau. Produksi tomat, cabai merah, buncis, bok choy, daun bawang, dan jagung juga meningkat hingga 50 persen.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours