Sindrom Anak Emas, Tanda, dan Cara Mengatasinya

Estimated read time 4 min read

REPUBLIK. Yang paling ekstrim, bias ini dikenal sebagai sindrom anak emas (golden child syndrome).

“Sindrom Anak Emas” adalah praktik bias orang tua yang beracun terhadap “anak emas”. Dalam “sindrom anak emas”, orang tua memberikan anak emasnya lebih banyak pujian, perhatian, dan perlakuan yang lebih baik dibandingkan anak lainnya.

Jika kondisi ini tidak dikendalikan maka dapat berdampak buruk bagi anak emas dan anak lainnya. Hubungan orang tua dan anak juga bisa terkena dampak sindrom anak emas.

Misalnya, terapis Becca Reed, LCSW PMH-C, mengatakan bahwa pengobatan berlebihan yang dilakukan orang tua dapat membuat anak emas berpikir bahwa cinta dan penerimaan itu bersyarat. Anak emas ini mungkin merasa harus menuruti setiap keinginan orangtuanya.

“Hal ini dapat menimbulkan kecemasan yang disebabkan oleh perfeksionisme, tekanan kuat untuk khawatir, dan rasa membutuhkan yang ekstrem,” kata Reed dalam rilis persnya, Rabu (16/5/2024).

Pola-pola tersebut dapat memberikan dampak negatif pada beberapa aspek kehidupan anak Anda seiring pertumbuhannya. Beberapa aspek tersebut adalah kesehatan mental, hubungan dengan orang lain, dan kesadaran diri.

Meski bisa berdampak negatif, namun tidak semua orang tua memiliki toxic favoritism atau golden child syndrome dalam keluarganya. Berikut 10 tanda sindrom anak emas yang harus diwaspadai keluarga:

1. Pujian dan perlakuan khusus

Dalam kasus sindrom anak emas, orang tua cenderung lebih memuji dan memanjakan anak emasnya. Para orang tua merayakan berbagai pencapaian anak emasnya, sekecil apa pun.

2. Menjadi sempurna atau sebaliknya

Anak emas biasanya mendapat perlakuan khusus dari orang tuanya karena dianggap sebagai anak yang sempurna. Anak emas ini bertanggung jawab memenuhi kebutuhan orang tuanya. Sering kali, anak-anak emas merasa bahwa mengikuti keinginan orang tua adalah bagian dari diri mereka.

Di sisi lain, sering kali anak emas memikul tanggung jawab dan konsekuensi yang lebih kecil dibandingkan saudaranya. Hal ini dapat membuat anak emas merasa bisa melanggar aturan tanpa mengkhawatirkan konsekuensinya.

3. Anak lain menjadi pembanding yang negatif

Psikoterapis Rachel Goldberg MS LMFT mengatakan saudara kandung anak emas seringkali menjadi masalah perbandingan negatif. Orang tua biasanya disarankan untuk memantau sikap atau prestasi anak emas.

“Seiring bertambahnya usia, (anak emas) mungkin sering bertengkar dengan saudaranya karena tidak bisa menerima peran orang luar dan mulai berkelahi,” kata Goldberg.

4. Proyek Harapan dan Impian Orang Tua.

Orang tua sering kali “melekat” pada anak emas karena mereka merasa dapat memproyeksikan impian dan harapan mereka yang tidak terpenuhi kepada anak emas. Anak emas termotivasi dan terdorong untuk melakukan apa yang disukai orang tuanya. Tak hanya itu, sindrom anak emas kerap dikaitkan dengan orang tua yang memiliki gangguan kepribadian narsistik.

5. Kekecewaan karena tidak mendapat perawatan khusus

Anak emas mungkin merasa benci terhadap orang di luar keluarga. Perasaan ini muncul karena orang-orang di luar keluarga tidak memperlakukan mereka dengan pujian atau perlakuan khusus yang sama seperti orang tuanya.

“Anak-anak emas sulit memahami bahwa mereka tidak dipuji di luar batasan (profesional), seperti di sekolah, dalam kelompok pertemanan, atau di tempat kerja,” kata Goldberg.

6. Keinginan akan kesempurnaan

Anak emas mendambakan kesempurnaan dan takut melakukan kesalahan karena hal itu dapat membuat orang tuanya kesal. Mereka biasanya mendasarkan harga diri mereka pada pujian dan persetujuan orang tua. Saat dewasa, kondisi ini bisa membuat anak emas merasa dirinya hanya bisa diterima oleh orang lain jika ia adalah individu yang sempurna dan berprestasi.

7. Sembunyikan kegagalan

Anak emas sering kali merasa perlu menjadi sempurna. Jadi ketika mereka mengalami kegagalan, mereka cenderung menutupnya. Mereka ingin mempertahankan statusnya sebagai anak yang sempurna agar orang tuanya tidak kecewa atau merasa bersalah.

8. Rendahnya rasa percaya diri

Perlakuan istimewa dan istimewa yang diterima anak emas dapat menyebabkan rendahnya harga diri. Karena mereka sering fokus pada persetujuan orang lain, ego mereka bisa sangat rusak ketika mereka menerima kritik atau dikucilkan dari kelompok pertemanan.

9. Saya sendiri tidak tahu

Karena selalu berusaha menyenangkan dan menyenangkan orang lain, anak emas bisa kesulitan menemukan jati dirinya. Mereka bahkan tidak tahu suka dan tidak suka. Seringkali, anak emas juga belum mengetahui impian apa yang ingin diraihnya.

10. Rasa bersalah, cemas dan stres berlebihan

Seiring berjalannya waktu, pola asuh yang berlebihan dapat memengaruhi kesehatan mental anak emas. Anak emas bisa mengalami stres, kecemasan, bahkan depresi karena harus mempertahankan status anak emasnya.

Menurut Reed, ada beberapa hal yang bisa dilakukan sebuah keluarga agar terhindar dari sindrom anak emas. Beberapa saran dari Reeds:

1. Libatkan profesional kesehatan mental untuk kesadaran diri yang sehat.

2. Mengutamakan pendidikan diri untuk menciptakan citra diri yang lebih mandiri.

3. Tetapkan batasan yang sehat dalam hubungan.

4. Belajar mengatakan tidak tanpa merasa bersalah.

5. Memperlakukan lingkungan atau masyarakat dengan penghargaan yang tulus, bukan karena prestasi atau prestasi.

6. Belajar menerima kekurangan dan kesalahan Anda dan memberi diri Anda lebih banyak cinta.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours