Skema Full Call Auction Saham Big Cap di Pemantauan Khusus Picu Aksi Jual

Estimated read time 2 min read

JAKARTA – Perdagangan saham dengan skema Full Periodic Call Auction (FCA) pada Badan Pemantau Khusus (PPK) memanfaatkan keuntungan dan kerugian antar investor. Karena banyak saham-saham berkapitalisasi besar yang menjadi bagian dari dewan ‘pemantauan khusus’ bursa, pasar dianggap rentan terhadap fluktuasi (volatilitas), sehingga semakin banyak menarik minat investor-investor asing untuk membeli saham-saham berkapitalisasi besar, khususnya asing.

“Dengan memasukkan saham-saham berkapitalisasi besar dalam skema FCA, perdagangan langsung itu sendiri atau ketika pasar dibuka, hal ini mengurangi volatilitas pasar,” kata Michael Yeh, pedagang profesional dan pengamat pasar modal, kepada iNews Evening dalam sebuah wawancara baru-baru ini. “

Hingga saat ini, banyak investor terutama asing yang menggunakan metode perdagangan kuantitatif (kuantitatif) yang melibatkan penggunaan algoritma dalam mengeksekusi order beli/jual saham-saham yang berpotensi menghasilkan keuntungan.

Michael mengatakan dengan hadirnya FCA, algoritma quant trading menjadi tidak terorganisir. “Algoritma quant trading ini sudah tidak umum lagi dan menimbulkan banyak volatilitas,” jelasnya.

Analis pasar modal Kartika Sutandi menilai saham-saham berkapitalisasi besar seperti PT Barito Renewables Energy TBK (BREN) menjadi contoh bagaimana ketika saham-saham berkapitalisasi besar masuk ke dalam PPK, akan memicu aksi jual berkapitalisasi besar lainnya.

“Kalau indeks turun, mereka (asing) sekaligus jual (basket trade), jadi yang kena large cap lagi, indeks (IHSG) juga turun, lalu semua bank (saham bank berkapitalisasi besar). ) juga hits,” jelas Karthika.

Inarno Jajadi, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Derivatif Keuangan, dan Pertukaran Karbon OJK, sebelumnya mengatakan mekanisme call Auction dirancang untuk mengurangi agresivitas order book saham yang diawasi regulator.

Tidak kosong, bursa masih menyediakan Indicative Equilibrium Price (IEP) dan Indicative Equilibrium Volume (IEV) sebagai referensi bagi investor. Iarno mengatakan, IEP dan IEV didasarkan pada seluruh pesanan yang ada di order book, dengan menghitung harga pada titik keseimbangan.

“Jadi tidak perlu melihat harga untuk pesanan dalam jumlah besar,” tegas Iannarno.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours