Smesco Indonesia dan Du Anyam susun peta jalan ekonomi lontar di NTT

Estimated read time 3 min read

JAKARTA (ANTARA) – Smesco Indonesia bekerja sama dengan Du Anyam tengah mengembangkan peta jalan ekonomi Lontar berkelanjutan untuk usaha kecil dan menengah di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Du Anyam merupakan sebuah wirausaha sosial yang didirikan pada tahun 2014 dengan misi memberdayakan perempuan NTT melalui kerajinan tangan dari tanaman lontar yang banyak tumbuh di wilayah tersebut dan menawarkan berbagai manfaat termasuk kerajinan tangan.

Hingga saat ini, Du Anyam telah memberdayakan lebih dari 1.600 perempuan penenun di NTT, Kalimantan Selatan, dan Papua.

Kerjasama antara Smesco dan Du Anyam bertujuan untuk menciptakan peta pengelolaan lontar yang merupakan komoditas dan sumber strategis perekonomian nasional NTT, demikian siaran pers Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) DKI Jakarta, Senin.

Presiden Smeco Indonesia Vientor Rah Mada mengatakan lontar merupakan simbol kekuatan ekonomi NTT yang berkelanjutan dan terbarukan.

Lebih dari 15 produk turunan Lontar memiliki nilai ekonomi yang penting, 27% di antaranya diproduksi oleh perempuan NTT.

Menurutnya, meningkatnya permintaan produk sawit di pasar regional, nasional, dan global memerlukan upaya serius dari berbagai pihak untuk menjamin stabilitas produksi NTT.

“Pengembangan kawasan ini juga dapat menjadi solusi strategis untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat NTT, khususnya yang sedang menghadapi kesulitan ekonomi,” kata Wientor.

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat sekitar 5 juta pohon palem yang tumbuh secara alami di 22 wilayah NTT, 80% di antaranya berumur di atas 10 tahun dan bernilai ekonomi.

Produk utama Rontar adalah sari bunga yang diperoleh dari pemetikan bunganya, yang dapat diminum langsung atau diolah menjadi gula.

Rata-rata produksi nira harian adalah 87,5 liter. Daun lontar digunakan sebagai bahan kerajinan, dan batangnya digunakan dalam arsitektur dan konstruksi jembatan.

Guna mewujudkan ekosistem perekonomian nasional di NTT, Smesco Indonesia akan menyelenggarakan Focus Group Discussion (FDG) Lontar NTT Economic Outlook 2024 pada 27 Juni 2024 di Coupang.

FGD Skema Kemitraan Pengadaan Bahan Baku Sawit, Program Inkubasi UKM Bahan Baku Sawit, Kemitraan Ristek, Pembiayaan dan Logistik, Pemutakhiran Database Kegiatan Ekonomi Efektif bagi Usaha Kecil dan Menengah Pemanfaat Sawit meresmikan langkah-langkah yang tepat terkait dengan Inilah yang ingin kami lakukan dengan bahan baku kurma. Kami menggunakan produk sawit sebagai bahan bakunya.

Du Anyam Hanna Keraf, pendiri dan Ketua Societies and Partnerships, mengatakan produk berbahan serat alam memiliki potensi besar di pasar ekspor, khususnya di negara-negara Asia.

Pada tahun 2025, pendapatan masyarakat yang didukung NTT diperkirakan meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun 2023-2024.

Namun kendala terbesarnya salah satunya adalah terkait bahan baku, data dan penelitian budidaya/budidaya kurma, rantai pasok dan ekosistem produksi yang belum optimal, kata Hanna.

FGD juga diharapkan dapat menjadi jembatan komunikasi berbagai pihak antara lain desa, kecamatan, pemerintah kabupaten, Bank Indonesia NTT, Kadin NTT, Smesco Indonesia, Koalisi Ekonomi Down to Earth dan Du. Anyam dan komunitas yang didukungnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours