Soal Muhammadiyah Terima Konsensi Tambang, Hening: Semoga Ada Keajaiban untuk Menolak

Estimated read time 2 min read

JAKARTA – Organisasi Masyarakat Islam (Ormas) Muhammadiyah dikabarkan telah mendapat izin pertambangan dari pemerintah Indonesia. Keputusan resmi akan diberikan usai konsolidasi nasional di Universitas Aisyiyah Jogjakarta, 27-28 Juli 2024 besok.

Kepala Bidang Lingkungan Hidup Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) Pimpinan Pusat (PP) ‘Aisyiyah, Hening Parlan berharap ada keajaiban dengan ditolaknya konsesi tambang pemerintah.

“Mari kita berharap masih ada mukjizat bahwa esok atau lusa para pemimpin tidak menerima tambang itu untuk Muhammadiyah,” kata Hening dalam diskusi di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Jumat (26/7/2021). ) 2024).

Hening menjelaskan, pengelolaan pertambangan ekologis tidak mungkin dilakukan karena memerlukan waktu 50-60 tahun.

“Ternyata pada tahun 2040 Indonesia sudah berkomitmen untuk mengurangi energi fosil. Jadi, sehebat apapun peluang untuk melakukan perubahan sudah habis,” ujarnya.

Kemudian terkait tempat profesionalisme, banyak tahapan internal dalam tambang itu sendiri, mulai dari sebelum penambangan, sebelum eksplorasi ada proses penilaian, ada masa eksplorasi. Kemudian dari sisi regulasi dimulai dan selebihnya hingga nanti penjualan dan pascatambang.

“Apakah warga kampus ini pernah mendapat ilmu atau ketrampilan tentang pertambangan? Kita tidak, satu hal. Lalu ada hal lain yang mengatakan, bagus juga kalau model pertambangan Muhammadiyah lebih bagus dibandingkan yang lain. Ini jawaban yang tidak bisa ditiru.” diukur, karena orang akan bersikeras pada jawaban ini, “katanya.

Hening berharap pemerintah dapat mendukung Muhammadiyah untuk mendorong ketujuh kampus pertambangan tersebut agar lebih profesional dan mendapat kesempatan bekerja sama dengan pihak pertambangan. “Jadi kalau suatu saat nanti kita dapat, entah kapan, misalnya memang benar bahwa Muhammadiyah sudah punya ilmunya,” ujarnya.

Kedua, terkait dengan dampak terhadap lingkungan, yaitu alam kembali ke fungsi semula. “Nggak kebayang, saya sudah lama menggeluti isu lingkungan hidup dan saya tahu persis kalau di Kaltim, di Sumsel, di Kalsel, di Papua, itu semua tidak mudah kawan, untuk melakukan kegiatan yang mengembalikan alam ke fungsi semula” ujarnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours