Sorgum, harapan baru pemenuhan kebutuhan energi

Estimated read time 5 min read

Jakarta dlbrw.com – Gema inovasi teknologi dan tuntutan beralih ke energi terbarukan menimbulkan dialektika optimistis dalam alternatif pemenuhan sumber energi terbarukan. Oki Muraza, selaku Senior Vice President Technology Innovation PT Pertamina (Persero), mengungkapkan optimismenya terhadap masa depan energi Indonesia.

Ia menjelaskan visi besar perusahaan dalam memanfaatkan sorgum, tanaman yang sering terabaikan namun memiliki potensi luar biasa sebagai sumber bioetanol.

Dikenal sebagai tanaman serbaguna, sorgum menawarkan harapan baru bagi upaya energi terbarukan di Indonesia. Tanaman ini tidak hanya mampu tumbuh di berbagai medan dan iklim, tetapi juga bukan merupakan sumber makanan utama. “Sorgum merupakan solusi tepat atas kebutuhan energi kita yang semakin meningkat,” ujarnya memaparkan potensi tanaman tersebut, dalam diskusi podcast ANTARA.

Mendengar penjelasan Oki, masyarakat digiring untuk memahami keajaiban sorgum. Bayangkan sebuah ladang yang penuh tanaman tinggi dengan daun-daun lebar yang berguncang saat angin bertiup. Dengan ketahanannya yang luar biasa, sorgum dapat tumbuh dengan baik di lahan kering, kurang subur, atau di daerah dengan curah hujan tinggi. Sorgum bisa tumbuh dimana saja, mulai dari pegunungan hingga dataran rendah. Ini adalah tanaman yang sangat mudah beradaptasi.

Uniknya, sorgum bukanlah tanaman yang biasa dikonsumsi manusia secara langsung sehingga pemanfaatannya sebagai bahan baku bioetanol tidak akan mengganggu pasokan pangan. Di saat pangan menjadi masalah global, sorgum menawarkan solusi seimbang: menjadi sumber energi tanpa menambah beban ketahanan pangan. Oleh karena itu, sorgum menjadi nilai tambah bagi Pertamina karena perusahaan pelat merah itu bisa memastikan pengembangan bioetanol tidak melebihi kebutuhan pangan masyarakat.

Indonesia, negara yang kaya akan sumber daya alam, menghadapi tantangan besar di sektor transportasi yang merupakan penyumbang utama emisi gas rumah kaca. Berdasarkan kenyataan tersebut, kami merasa penting untuk beralih ke bahan bakar yang lebih ramah lingkungan. Saat ini, sektor transportasi menyumbang sekitar 23 persen total emisi gas rumah kaca. Oleh karena itu, kita harus bertindak cepat.

Dengan suksesnya program B35, yaitu 35 persen bahan bakar nabati yang dicampur bahan bakar fosil, maka Pertamina mengambil langkah strategis untuk menurunkan emisi. Namun upaya tersebut tidak bisa berhenti sampai disitu saja. Perusahaan-perusahaan di bawah badan usaha milik negara harus meningkatkan persentase biofuel dalam campuran bahan bakar fosil. Bioetanol dari sorgum merupakan salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut.

Di tengah kemajuan teknologi, tim Pertamina terus melakukan penelitian mendalam mengenai pengembangan bioetanol sorgum. Proses ini melibatkan berbagai tahapan, mulai dari pemilihan varietas sorgum yang tepat hingga pengolahan hingga menghasilkan bioetanol berkualitas. Perusahaan ingin memastikan sorgum yang dikembangkan memiliki produktivitas tinggi dan dapat memberikan hasil yang optimal.

Berdasarkan penelitian tersebut, sorgum tidak hanya berpotensi sebagai bahan baku bioetanol, namun juga dapat berkontribusi terhadap ketahanan energi nasional. Dengan memanfaatkan sorgum, kita dapat menciptakan lapangan kerja baru di sektor pertanian, pengolahan, dan distribusi. Ini adalah peluang finansial yang sangat besar.

Dalam upaya mengembangkan sorgum sebagai bahan baku bioetanol, tim perusahaan menyadari pentingnya meningkatkan kesadaran masyarakat. Upaya tersebut memerlukan dukungan tidak hanya dari pemerintah namun juga masyarakat luas. Edukasi tentang manfaat sorgum dan bioetanol sangatlah penting.

Keterlibatan masyarakat dalam pengembangan sorgum sebagai tanaman energi menjadi salah satu kunci keberhasilan program ini. Oleh karena itu, perusahaan pelat merah tersebut berupaya menggandeng para petani untuk terlibat langsung dalam penanaman sorgum, memberikan pelatihan dan akses informasi bagi petani untuk memahami manfaat sorgum dan cara menanamnya yang benar.

Ke depan, keberhasilan pengembangan bioetanol dari sorgum akan menjadi model yang dapat ditiru oleh negara-negara lain di dunia yang juga menghadapi tantangan serupa. Dengan cara ini, Indonesia dapat menunjukkan bahwa negara ini mampu menjadi pemimpin dalam pengembangan sumber energi terbarukan.

Dengan setiap langkah yang diambil, kami berharap dapat membawa perubahan positif bagi lingkungan dan masyarakat. Di masa depan, ladang sorgum yang berkembang dapat memberikan manfaat bagi petani sekaligus memenuhi kebutuhan energi yang semakin meningkat. Pemanfaatan sorgum tidak hanya untuk energi, tapi juga untuk masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.

Menghadapi tantangan

Perjalanan menuju pemanfaatan sorgum sebagai bioetanol bukannya tanpa tantangan. Diakui masih terdapat beberapa kendala yang perlu diatasi, seperti rendahnya kesadaran masyarakat, serta perlunya investasi dalam penelitian dan pengembangan. Namun tantangan ini justru memotivasi tim untuk bekerja lebih keras.

Melalui dukungan kebijakan yang tepat dan kolaborasi antara pemerintah, swasta dan masyarakat, pengembangan bioetanol sorgum akan terus mengalami kemajuan. Dengan upaya dan kerja sama yang kuat dari semua pihak, seluruh upaya tersebut dapat dengan mudah terwujud.

Kisah sorgum adalah kisah tentang potensi, perubahan, dan masa depan yang lebih baik. Di setiap daun terukir harapan akan dunia yang lebih bersih dan berkelanjutan. Sebagai tanaman yang mampu tumbuh dengan tangguh di medan dan kondisi cuaca apa pun, antusiasme terhadap pengembangan bioetanol sorgum akan terus tumbuh dan menjadi bagian dari perjalanan Indonesia menuju energi terbarukan yang sesungguhnya.

Senada dengan hal tersebut, Direktur Manajemen Risiko Pertamina Energi Baru & Terbarukan (Pertamina NRE) Iin Febrian menjelaskan, kapasitas produksi etanol nasional saat ini mencapai sekitar 180 ribu kiloliter per tahun, sedangkan kebutuhan etanol 5 persen (E5) saat ini mencapai 1,9 juta kiloliter per tahun dan akan meningkat dua kali lipat jika E10 diterapkan. Dalam jangka pendek atau jangka panjang, Pertamina NRE tetap menargetkan pembangunan pabrik bioetanol baru dengan harapan dapat menutup gap antara pasokan dan kebutuhan nasional.

Tak sekadar cerita, pengisian dan pengujian bioetanol pertama antara Pertamina-Toyota dilakukan di Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2024. Pengujian menggunakan 100 persen bioetanol (E100) yang berasal dari batang tanaman sorgum. Bahan bakar alternatif E100 digunakan pada kendaraan bahan bakar fleksibel Toyota. Manfaat bioetanol pada kendaraan FFV antara lain peningkatan performa, pembakaran lebih sempurna, dan rendah emisi.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours