JAKARTA – Drone Lancet-E Rusia, berbentuk tabung berwarna abu-abu kotak dengan dua set empat sayap, kini menjadi ancaman di tengah peperangan modern.
Peluncuran drone tak berawak Lancet E sebulan lalu memperkuat citra Rusia sebagai produsen senjata militer canggih. Bahkan Lancet 3, versi sebelumnya, mampu merusak tank Leopard 2 Ukraina dan howitzer Caesar.
Laporan Reuters, Sabtu (17/8/2024) JSC Rosoboronexport, bagian dari perusahaan negara Rostec, mempresentasikan kompleks Lancet E pada pameran pertahanan International Military Technical Forum Army-2024 di Kubinka. Seri ini menjadi Lancet versi ekspor yang membuktikan keefektifannya di medan perang.
Lancet E terdiri dari drone pengintai Z-16-E dan dua drone kamikaze (amunisi berkeliaran) Art. Mereka berbeda dalam jangkauan penerbangan dan berat lepas landas maksimum.
“Keunggulan Lancet E terletak pada efisiensi tertingginya di medan perang dan kemampuannya menyerang berbagai sasaran – mulai dari semua jenis kendaraan lapis baja dan benteng hingga penghancuran sasaran permukaan,” kata Alexander Mikheev, CEO Rosoboronexport.
Keunggulan tersebut membuat Rusia percaya diri untuk mengekspor Lancet E yang diperkirakan terjual lebih dari 1.000 set.
“Dukungan Kementerian Pertahanan Rusia tentu saja membantu meningkatkan produksi Lancet E sebagai alat yang efektif untuk menyerang peralatan berharga Barat yang diberikan kepada Ukraina untuk serangan balik,” kata Samuel Bendett, pejabat senior pusat keamanan AS.
Menurut sumber Rusia, drone Lancet dibanderol sekitar 3 juta rubel atau sekitar 527 juta rupiah. Lancet dianggap lebih ekonomis karena merupakan alat sekali pakai yang dapat hancur dengan sendirinya jika terkena benturan. Hal ini hanya mungkin terjadi jika biaya per drone dikurangi hingga puluhan ribu dolar.
Lancet membawa daya ledak yang relatif kecil, antara 1,5 dan 5 kilogram. Meskipun Lancet tidak sekuat peluru artileri atau kebanyakan roket, Lancet tampaknya mampu menghasilkan kerusakan yang signifikan.
Drone Lancet E dikendalikan langsung oleh pilotnya. Ini berbeda dengan drone Shahed-136 buatan Iran, yang juga sering digunakan Rusia untuk menyerang sasaran di Ukraina, karena Shahed terbang ke sasaran yang telah diprogram sebelumnya dan tidak dapat dikendalikan di udara.
Drone Lancet-E mampu terbang rendah dan lambat, sehingga cenderung membingungkan sistem pertahanan udara dan mencegat target yang bergerak cepat dengan tanda panas yang lebih kuat.
Serangan Lancet-E mungkin hanya bisa dicegah dengan jaring atau sangkar logam. Namun pertahanan terbaik adalah senjata anti-drone otomatis yang dilengkapi radar dan sistem peperangan elektronik.
+ There are no comments
Add yours