Sri Lanka terjerat utang, presiden baru cari cara kurangi beban rakyat

Estimated read time 1 min read

Ankara (ANTARA) – Presiden Sri Lanka yang baru dilantik, Anura Kumara Dissanayake, menegaskan pemerintahannya sedang mencari cara alternatif untuk meringankan beban masyarakat negaranya.

Berdasarkan laporan News Wire, Kamis (3/10), pria berhaluan Marxis itu dalam pertemuan dengan Dana Moneter Internasional (IMF) di Kolombo mengatakan, pemerintah berencana menurunkan pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak penghasilan (PPh). ). ). ).

Menurut pemerintah Sri Lanka, IMF telah mengindikasikan terbuka untuk membahas usulan tersebut.

Selain menegaskan dukungan pemerintah terhadap program IMF, Dissanayake menekankan pentingnya mencapai tujuan melalui cara-cara alternatif yang meringankan beban masyarakat.

Dia mengatakan pemerintah juga berencana memperluas belanja sosial dan memberikan keringanan kepada mereka yang memiliki beban PPN dan PPh tinggi.

IMF setuju untuk membantu Sri Lanka yang dilanda krisis dengan menyediakan dana tambahan sekitar US$2,9 miliar (sekitar Rp 44,62 triliun) pada tahun 2022 setelah negara kepulauan Asia Selatan itu gagal bayar.

Sri Lanka berhutang utang luar negeri sebesar US$46 miliar (Rs 712,1 triliun) dan tidak akan mampu membayar secara mencicil mulai tahun 2022.

Dalam pidato pembukaannya, Dissanayake mengatakan pemerintahnya sedang bernegosiasi dengan kreditor untuk mempercepat proses pinjaman dan meringankan utang.

Menurut para ahli, tidak mudah bagi presiden untuk melanjutkan program IMF dan melakukan perubahan untuk meringankan beban rakyatnya.

Sumber: Anadolu

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours