SSMS komitmen ESG melepasliarkan dua individu orangutan di Pulau Salat

Estimated read time 3 min read

Kabupaten Pulanpisau dlbrw.com – PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) bekerja sama dengan Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) terus melakukan rehabilitasi terhadap dua orangutan yang telah menyelesaikan tahap rehabilitasi sekolah hutan hingga tahap pra-pelepasliaran di Badak. Saya mem-posting ulang untuk melakukannya. Besar, Doa Pulau Gugusan Kalimantan Tengah Kabupaten Purampisau.

Penambahan dua orangutan ini (satu jantan dan satu betina) menjadikan jumlah orangutan di Pulau Sarat menjadi 41 ekor. Inisiatif ini merupakan bukti komitmen SSMS terhadap lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) yaitu praktik berkelanjutan dalam bisnis, investasi, dan pembangunan. kegiatan.

Jap Hartono, direktur jenderal SSMS dari provinsi Pulanpisau, mengatakan pada hari Rabu bahwa SSMS berkomitmen kuat terhadap keberlanjutan, dan dengan melindungi orangutan, kami melindungi makhluk hidup kami serta lingkungan dan habitatnya.

Ia mengungkapkan, berkat sinergi SSMS dan lembaga konservasi (NGO) BOSF, mereka mampu membantu hingga 134 orangutan betah di Pulau Sarat.

“Kami memahami pentingnya keanekaragaman hayati yang dikelola dengan baik, dan ini merupakan bagian penting dari kebijakan tanggung jawab kami. Kami berharap kerja sama kita di bidang konservasi dapat terus berlanjut dengan sukses dan kehadiran perusahaan kami dapat terus memberikan dampak positif dan jangka panjang. lingkungan sekitar dan masyarakat,” kata Hartono.

Ia mengatakan program Pulau Sarat merupakan salah satu dari empat program Rencana Restorasi dan Kompensasi (RaCP) yang dijalankan perusahaan sebagai syarat untuk mencapai sertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).

Sejak akhir tahun 2023, perusahaan telah menyelesaikan seluruh operasional perkebunan dan fasilitas pengolahan (pabrik) kelapa sawit serta mendapatkan sertifikasi RSPO (pabrik bersertifikat RSPO 100 persen).

“Pelepasliaran orangutan ke Pulau Sarat merupakan langkah penting dalam upaya berkelanjutan kami untuk mendorong produksi minyak sawit yang bertanggung jawab sekaligus melindungi spesies rentan seperti orangutan,” kata Hartono.

Guntur Kahyo Prabowo, Direktur Petani Kecil RSPO, mengatakan bahwa di RSPO, kami percaya bahwa produksi minyak sawit berkelanjutan dapat memberikan dampak positif terhadap masyarakat dan ekosistem.

“Pra-pelepasliaran orangutan di Pulau Sarat merupakan pengingat yang kuat bahwa dengan pendekatan yang tepat kita dapat melindungi spesies yang terancam punah sekaligus mempromosikan praktik kelapa sawit yang bertanggung jawab,” kata Kahyo.

Gugus Pulau Sarat merupakan kawasan di muara Sungai Kahayan yang dikelola bersama oleh SSMS dan BOSF dan digunakan sebagai suaka orangutan di Kalimantan Tengah dengan luas lebih dari 2.000 hektar.

Kelompok Pulau Sarat dipilih karena ekosistem hutannya mirip dengan habitat alami orangutan dan memiliki sumber makanan alami yang cukup.

Penelitian menunjukkan bahwa wilayah tersebut memiliki hutan berkualitas tinggi, terisolasi dari air sungai sepanjang tahun, tidak diketahui adanya populasi orangutan liar, dan memiliki kapasitas adaptif dan sosial yang cukup untuk populasi sekitar 200 orangutan. dan tersedia cukup makanan untuk orangutan.

Pada tahun 2022, standar, sistem dan prosedur RSPO akan melindungi 362.000 hektar hutan dan kawasan yang membutuhkan perlindungan di seluruh dunia, atau hampir enam kali luas wilayah Jabodetabek.

Indonesia memiliki jumlah kawasan lindung terbesar, yaitu 150.000 hektar, atau 40 persen dari seluruh kawasan lindung RSPO.

Sejak itu, kawasan seluas 362.657 hektar, 15 kali luas Kuala Lumpur, dilindungi dan dilindungi sertifikasi RSPO.

Kawasan ini dilindungi dan dikelola oleh perkebunan dan pabrik bersertifikat dan tersebar di 17 negara di dunia, dengan mayoritas kawasan lindung berada di Indonesia (150.256 hektar), Gabon (74.109 hektar) dan Brazil (63.224 hektar) dan Malaysia (.22.296 hektar). hektar). gigi).

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours