Sukses Tikung Embargo Barat, Pendapatan Minyak Rusia Melonjak

Estimated read time 2 min read

JAKARTA – Pendapatan ekspor minyak Rusia naik 50% dari bulan lalu, berkat kenaikan harga Ural, basis utama negara tersebut. Perkembangan ini juga dicapai melalui keberhasilan adaptasi produsen minyak Rusia terhadap sanksi Barat.

Pada Juni 2023, pendapatan Moskow dari penjualan minyak naik menjadi 402,8 miliar rubel (US$4.000).

Data juga menunjukkan total keuntungan migas meningkat 41% mencapai 746,6 miliar rubel atau 8,4 miliar dolar. Menurut kantor berita tersebut, perkembangan tersebut disebabkan oleh kenaikan harga Ural, produk ekspor utama Rusia. Kementerian menghitung pajak bulan Juni berdasarkan harga minyak Ural, yaitu 67,37 dolar/barel dari 53,50 dolar/barel tahun lalu.

Meskipun harga minyak Rusia ditetapkan sebesar $60/barel oleh G7 dan Uni Eropa (UE), diskon Ural terhadap standar global Brent telah menyempit. Pemerintah negara-negara Barat telah memberlakukan pembatasan harga, bersamaan dengan embargo minyak Rusia di luar negeri, untuk melemahkan perekonomian negara tersebut sekaligus memutus aliran minyak Rusia ke pasar global.

Sanksi diberlakukan pada Desember 2022, diikuti dengan pembatasan serupa terhadap ekspor minyak Rusia pada Februari 2023. Sebagai tanggapan, Rusia mengalihkan sebagian besar ekspor energinya ke Asia, khususnya India dan Tiongkok, di mana minyak dari negara-negara tersebut dijual di atas batas harga Barat.

Para pejabat UE telah berulang kali mengakui bahwa Moskow mampu menghindari pembatasan tersebut karena hampir tidak ada minyak mentah yang dijual dengan harga atau di bawah harga, sehingga melemahkan upaya Barat untuk membatasi impor energi Rusia.

Menurut data Kementerian Keuangan bulan lalu, pendapatan migas Rusia meningkat 73,5% pada Januari-Mei tahun ini dibandingkan lima bulan pertama tahun 2023. Penjualan minyak dan gas mencapai 4,95 triliun rubel atau sekitar $55,7 miliar dalam lima bulan pertama tahun ini.

Menurut Kementerian Keuangan, Rusia memperkirakan pendapatan migas mencapai 10,99 triliun soum atau 125 miliar dollar AS (sekitar Rp 2000 triliun) pada tahun ini.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours