Sulut Bangkit: Potret ekonomi terus berkembang dan berdaya saing

Estimated read time 10 min read

Manado (ANTARA) – Pesawat mulai menurun ketinggiannya dan penumpang hendak mendarat di Bandara Sam Ratulangi Manado. Pemandangan alam Sulawesi Utara yang menarik terungkap dari jendela pesawat.

Hamparan alam yang luas dengan pegunungan dan perbukitan hijau yang ditumbuhi hutan tropis menciptakan pemandangan yang menakjubkan. Sungai-sungai yang berkelok-kelok mengalir seperti garis-garis ke laut biru, menerobos petak-petak lahan pertanian yang subur.

Di kejauhan terlihat hamparan sawah hijau yang luas, kebun kelapa yang tertata rapi, tanah disini sangat subur sehingga setiap bibit yang ditanam pasti akan tumbuh menjadi tanaman yang tumbuh subur.

Di dekat pantai, kebun cengkeh dan pala, komoditas unggulan Sulawesi Utara, berjajar di perbukitan dan menyebarkan aroma khasnya melalui angin.

Deretan rumah kecil jika dilihat dari atas dikelilingi pepohonan buah-buahan tropis menambah kesan kekayaan tanah Sulawesi Utara.

Di tepi pantai, Anda akan melihat para nelayan mempersiapkan perahunya dan siap melaut dengan harapan mendapatkan hasil laut yang melimpah.

Pandangan tersebut merupakan gambaran nyata betapa sektor pertanian dan perikanan menjadi tulang punggung perekonomian Sulawesi Utara. Tidak hanya sebagai sumber penghidupan, namun juga sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi daerah.

Dari atas terlihat jelas bahwa tanah yang subur dan lautan yang kaya merupakan anugerah berharga yang memberikan kontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi Sulut di masa depan.

Saat roda pesawat mendarat di landasan, seolah-olah janji akan stabilitas dan kemakmuran telah datang kepada mereka. Sulawesi Utara dengan keindahan dan kekayaan alamnya terus melangkah maju dan menorehkan kisah sukses di setiap pelosok tanah tempat tinggalnya.

Kepala Dinas Perekonomian Sulut Reza Dutlong mengatakan, sebelum merebaknya pandemi Covid-19, Sulut berada pada puncaknya. Pertumbuhan ekonomi berkelanjutan sekitar 6% pada periode 2015-2019 menjadi bukti nyata bahwa wilayah ini telah berhasil memanfaatkan seluruh potensi alam dan manusia yang dimilikinya.

Pasar ramai, pariwisata berkembang pesat, pertanian dan perikanan tumbuh optimis.

Namun, pada tahun 2020, pandemi ini sangat parah. Perekonomian Sulut yang selama ini kokoh tiba-tiba tersendat hingga minus 0,99 persen. Jalan-jalan yang biasanya dipenuhi kendaraan wisata kini kosong, restoran dan penginapan kesulitan bertahan hidup, dan para petani kesulitan memasarkan produk mereka.

Jangan pernah menyerah

Masa itu seperti malam yang panjang dan tak ada habisnya.

Namun meski tantangannya besar, masyarakat Sulawesi Utara tidak menyerah. Melalui kerja keras, kolaborasi antar instansi pemerintah, dan semangat kerja sama antar warga, Sulawesi Utara mulai membangun kembali kekuatan perekonomiannya.

Pada tahun 2021, akan ada titik terang di ujung terowongan. Perekonomian Sulut perlahan pulih, dengan pertumbuhan positif sebesar 4,16% menandakan dimulainya pemulihan yang cepat dan menjanjikan.

Sektor akomodasi dan makanan dan minuman merupakan pendorong utama dan melayani mereka yang tidak mempunyai tempat makan setelah lama ditahan.

Manufaktur kembali bergerak maju, memproduksi barang-barang yang dibutuhkan masyarakat, sementara layanan kesehatan menjadi sorotan, menyatukan seluruh elemen untuk mengatasi pandemi.

Ketahanan Sulawesi Utara masih terus diuji, namun terbukti menjadi wilayah yang kuat dan menjanjikan.

Pasca pandemi, pertumbuhan ekonomi kawasan akan terus berlanjut pada tahun 2022-2023. tahun, mendekati masa keemasan sebelum pandemi.

Kebangkitan ini menjadi simbol harapan bahwa Sulut telah pulih sepenuhnya dan pulih dari resesi akibat pandemi Covid-19.

Pada tahun 2023, Sulut akan kembali ke jalur semula dengan lebih kuat dari sebelumnya.

Industri-industri yang pernah terkena dampak kini mulai menunjukkan kekuatannya, dan pemain-pemain kecil dan besar bersatu untuk menggerakkan roda perekonomian yang terjebak.

Melalui kerja keras, inovasi, dan adaptasi, Sulawesi Utara telah membuktikan bahwa tantangan, sebesar apa pun, dapat dihadapi dengan semangat yang tiada tandingannya.

Pembangunan manusia

Sulawesi Utara adalah kisah kegigihan dan semangat juang yang tak pernah pudar. Dalam satu dekade terakhir, provinsi ini mencatat kemajuan luar biasa dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

HDI mencerminkan upaya kolektif pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup warga negara melalui tiga dimensi utama, yaitu kesehatan, pendidikan, dan standar hidup.

Dari kota besar hingga desa-desa terpencil, perubahan signifikan terlihat, dengan peningkatan fasilitas pelayanan kesehatan, perluasan akses pendidikan dan peningkatan taraf hidup, menjadi pilar kuat penunjang kesejahteraan.

Gubernur Sulut Uli Dondukambi mengatakan pada tahun 2020, pandemi Covid-19 datang bagai badai yang mengguncang seluruh aspek kehidupan. IPM Sulut yang sebelumnya menunjukkan grafik naik, tiba-tiba mengalami banyak tekanan.

Rumah sakit penuh, sekolah harus tutup dan banyak keluarga kehilangan mata pencaharian.

Dampaknya tidak hanya dirasakan dalam statistik, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari masyarakat yang harus menghadapi ketidakpastian.

Tantangannya bukan hanya soal angka, tapi bagaimana Sulut bangkit dari keterpurukan.

Menyikapi situasi ini, pemerintah dan masyarakat bertindak cepat. Program pemulihan kesehatan diintensifkan mulai dari vaksinasi massal hingga peningkatan pelayanan kesehatan.

Sektor pendidikan tidak tinggal diam, dan prioritas utamanya adalah reformasi kurikulum, pembelajaran online, dan peningkatan peralatan pengajaran.

Para guru dilatih untuk menguasai teknologi dan inisiatif inovatif bermunculan untuk memastikan bahwa anak-anak terus belajar meskipun memiliki keterbatasan.

Di sektor ekonomi, berbagai insentif diterapkan untuk mendukung usaha kecil dan menengah, yang merupakan tulang punggung perekonomian daerah, dan untuk mendorong pertumbuhan lapangan kerja yang terkena dampak pandemi ini.

Upaya ini membuahkan hasil. Pada tahun 2023, IPM Sulut pulih dan kembali ke jalur positif yakni mencapai 74,36. Pencapaian tersebut bukan sekadar angka, melainkan simbol kebangkitan dan stabilitas masyarakat Sulut.

Seiring dengan meningkatnya angka harapan hidup, kualitas pendidikan dan standar hidup yang lebih baik, Sulawesi Utara menunjukkan bahwa meski terjadi badai, harapan dan kerja keras dapat membalikkan keadaan.

Kursus pertukaran petani

Di lanskap subur Sulawesi Utara, para petani bekerja dengan penuh semangat. Selama satu dekade terakhir, Nilai Tukar Petani (AER) di kawasan ini menunjukkan tren peningkatan yang signifikan, mencerminkan semakin membaiknya kesejahteraan masyarakat yang penghidupannya bergantung pada tanah dan alam.

Bahkan di tengah pandemi topan, cerita berbeda terjadi di Sulawesi Utara. Sektor pertanian masih berdiri kokoh dan menjadi benteng kokoh yang melindungi perekonomian daerah dari keterpurukan.

Sawah masih hijau, petani terus bekerja dan pasar tradisional masih ramai dengan hasil bumi yang melimpah. Meski dunia dilanda ketidakpastian, para petani Sulut tetap bisa tersenyum ketika panen sudah tiba, karena NTP mereka tidak hanya bertahan di angka 100, namun terus meningkat.

Peran pemerintah dalam hal ini tidak bisa diabaikan. Berbagai program seperti “Mariju Bakobong”, sebuah gerakan yang mengajak masyarakat untuk bertani dan berkebun, mendapat respon yang sangat besar dari masyarakat.

Bukan hanya sebagai langkah strategis, namun juga sebagai upaya penguatan ketahanan pangan dan peningkatan pendapatan petani.

Berbagai bantuan seperti benih unggul, alat pertanian modern, dan pelatihan teknis disalurkan hingga ke pelosok desa, membuat para petani merasa didukung dan dihargai. Program ini seolah menjadi angin segar yang membawa optimisme bagi masyarakat.

Di masa pemulihan pasca pandemi Covid-19, kehadiran sumber daya alam yang melimpah seperti lahan subur dan curah hujan yang stabil semakin memperkuat posisi pertanian sebagai penggerak utama perekonomian Sulut.

Seiring dengan pemulihan ekonomi yang pesat, kesejahteraan petani juga semakin meningkat. Hasil panen yang melimpah, harga yang stabil dan akses pasar yang semakin terbuka membuat NTP Sulut terus berkembang.

Pertumbuhan NTP di Sulut menjadi bukti bahwa sektor pertanian tidak hanya mampu bertahan, namun juga tumbuh pesat di tengah tantangan global.

Angka kemiskinan pun menurun

Sulawesi Utara adalah provinsi yang kaya akan alam dan budaya, namun wilayah ini juga menghadapi masalah kemiskinan yang serius dalam satu dekade terakhir.

Angka kemiskinan di Sulawesi Utara mengalami fluktuasi namun perlahan menunjukkan tren penurunan.

Ketika pandemi ini merebak, banyak warga yang kehilangan pekerjaan, usaha-usaha kecil tutup, dan aktivitas perekonomian yang biasanya ramai terhenti secara tiba-tiba. Alhasil, proporsi penduduk miskin di Sulut meningkat sebesar 0,11% pada Maret 2021 dibandingkan tahun sebelumnya.

Di tengah tantangan tersebut, pemerintah provinsi Sulawesi Utara dengan cepat meluncurkan berbagai program bantuan dan jaring pengaman sosial yang dirancang khusus untuk membantu mereka yang paling terkena dampak.

Bantuan pangan, program padat karya dan subsidi merupakan penyelamat bagi keluarga miskin yang hidup dalam kondisi yang memprihatinkan. Program-program seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT), subsidi listrik, dan bantuan pendidikan bagi anak-anak dari keluarga miskin dilakukan untuk memastikan masyarakat tidak semakin jatuh miskin.

Berbagai upaya tersebut terbukti efektif. Ketika epidemi mencapai puncaknya, epidemi dapat ditekan bahkan ketika kemiskinan meningkat. Dampak dari berbagai program tersebut mulai terlihat dengan lambatnya pemulihan ekonomi.

Bantuan yang diberikan tidak hanya membantu masyarakat untuk bertahan hidup, namun juga menimbulkan optimisme bahwa keadaan akan membaik.

Angka kemiskinan di Sulawesi Utara kini turun menjadi 7,25 persen atau sekitar 186.850 jiwa, terendah dalam satu dekade.

Keberhasilan dalam pengentasan kemiskinan menunjukkan bahwa dengan kebijakan yang tepat dan dukungan masyarakat, Sulawesi Utara dapat mengatasi tantangan besar dan terus bergerak menuju kesejahteraan yang lebih besar bagi semua.

UKM naik kelas

Di tengah hiruk pikuk pasar dan hiruk pikuk kota Manado, pertumbuhan usaha kecil dan menengah di Sulawesi Utara terus berdenyut. Para pedagang, pengusaha kecil, dan pemilik kafe lokal merupakan tokoh yang selalu menggerakkan roda perekonomian daerah ini.

Angka pinjaman UKM di Sulawesi Utara terus menunjukkan pertumbuhan yang menggembirakan selama sepuluh tahun terakhir, bahkan ketika badai topan mendekat. Pada tahun 2023, pangsa kredit UMKM terhadap total kredit tercatat sebesar 27,86%, sedikit di bawah target nasional sebesar 30%, namun tetap merupakan pencapaian yang patut disyukuri.

Sebelum pandemi, pergerakan kredit UMKM di Sulut sangat dinamis. Pertumbuhan kredit UMKM terus meningkat sejak tahun 2015, meningkat dari 5,9% (tahunan) menjadi 12,84% (tahunan) pada tahun 2019.

Tren ini menunjukkan seberapa besar minat dan kepercayaan perbankan terhadap usaha kecil dan menengah di daerah. Ramainya pasar tradisional, tempat kuliner yang selalu ramai pengunjung, serta usaha kerajinan yang sudah memasuki pasar internasional menjadi indikasi nyata membaranya semangat wirausaha Sulut.

Pemerintah telah mencanangkan berbagai program akselerasi untuk menjaga rasio kredit UMKM tetap sehat dan berkembang. Mulai dari pelatihan berusaha, kemudahan akses permodalan, hingga kerja sama dengan perbankan, semuanya difokuskan untuk memastikan usaha kecil dan menengah tetap menjadi tulang punggung perekonomian Sulut.

Selama pandemi, pemerintah melakukan berbagai skema keringanan untuk memastikan kredit UMKM tidak stagnan dan terus tumbuh meski menghadapi tantangan.

Stabilnya pertumbuhan kredit UKM menunjukkan bahwa sektor ini masih tidak hanya menjadi penopang pertumbuhan ekonomi, namun juga menjadi jantung kehidupan sosial masyarakat.

Menurut Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulut, Andrej Prasmuku, perekonomian “wilayah Nyiur Melambai” ibarat kapal besar yang berlayar dengan penuh semangat dalam beberapa tahun terakhir, didukung oleh berbagai sinergi dalam mendorong investasi dan pembangunan.

Antara tahun 2018 hingga 2023, Sulawesi Utara mengalami transformasi besar dengan selesainya lima Proyek Strategis Nasional (NSP) yang kini menjadi tulang punggung pembangunan daerah.

Jalan tol Manado-Bitung membentang megah, mengurangi waktu tempuh antara dua kota besar tersebut dan membuka akses lebih besar bagi pergerakan orang dan barang. Pelabuhan Likupang dan Pelabuhan Hub Bitung merupakan pintu gerbang baru arus logistik, perdagangan dan pariwisata, menerima kapal dari seluruh dunia.

Di sisi lain, Bendungan Lulak dan Bendungan Kovil Kawankwan merupakan simbol ketahanan air yang sangat penting bagi pertanian dan kebutuhan sehari-hari masyarakat.

Infrastruktur strategis ini tidak hanya menghubungkan wilayah, tetapi juga menggerakkan perekonomian, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan kualitas hidup penduduk.

Sementara itu, pembangunan Bandara Raja Loloda Mokoagow di Kabupaten Bolaang Mongondow menjadi harapan baru konektivitas udara, mempercepat akses antar wilayah, dan menarik investor baru.

Pemerintah juga gencar membangun dan merehabilitasi jalan nasional dan regional, serta jembatan yang melintasi daratan dan pulau-pulau, memastikan seluruh wilayah Sulawesi Utara terhubung dengan baik.

Namun, bukan hanya infrastruktur fisik yang membuat perbedaan. Pengembangan pariwisata menjadi pilar penting untuk meningkatkan kinerja perekonomian Sulut.

Dengan wisata alamnya yang luar biasa, mulai dari Pantai Likopang hingga keindahan Taman Laut Bunaken, Sulawesi Utara semakin dikenal sebagai destinasi wisata unggulan.

Dengan meningkatnya konektivitas internasional ke negara-negara Asia Timur seperti Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan, Malaysia juga berkontribusi terhadap peningkatan arus wisatawan asing.

Acara besar seperti Tomohon International Flower Festival (TIFF) tidak hanya menampilkan keindahan bunga dan budaya lokal, tetapi juga memperkenalkan Sulawesi Utara ke kancah dunia dan menarik wisatawan dari seluruh dunia.

Peran sektor perbankan tidak bisa dianggap remeh di balik perkembangan ini. Intermediasi perbankan menjadi motor penggerak penyaluran kredit konsumsi yang menopang daya beli masyarakat, serta kredit produksi aset lancar dan investasi.

Pinjaman perbankan di Sulut terus tumbuh hingga mencapai Rp48,93 triliun pada tahun 2023, hampir dua kali lipat dibandingkan akhir tahun 2013 yang hanya sebesar Rp23,37 triliun. Hal ini bukan sekadar angka, namun merupakan tanda meningkatnya kepercayaan dan optimisme perekonomian.

Kisah pertumbuhan Sulawesi Utara adalah tentang bagaimana infrastruktur dan investasi dapat mengubah wajah daerah tersebut. Namun, tantangan masih menghadang.

Perekonomian Sulawesi Utara tidak hanya tumbuh saat ini, namun siap melangkah lebih jauh dan menatap masa depan yang penuh optimisme dan peluang baru.

Redaktur : Achmed Zainal M

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours