Survei Microsoft dan LinkedIn Sebut CEO di Indonesia Suka Adopsi AI

Estimated read time 2 min read

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Microsoft dan Linkedin merilis laporan Global Workforce Trends Index 2024 tentang penggunaan kecerdasan buatan (AI) di tempat kerja. Salah satu temuan yang ditemukan adalah jumlah pemimpin di Indonesia yang percaya bahwa perusahaan mereka harus mengadopsi AI lebih tinggi dibandingkan rata-rata global.

Laporan tersebut diberi judul ‘AI beraksi telah tiba. Sekarang sampai pada bagian yang sulit’, disiapkan melalui survei terhadap 31.000 orang di 31 negara, termasuk Indonesia. Juga melalui gaya pekerjaan dan perekrutan LinkedIn, triliunan produktivitas dari Microsoft 365, dan riset pelanggan dari perusahaan-perusahaan Fortune 500.

Laporan menunjukkan bahwa 92 persen pemimpin di Indonesia percaya pentingnya mengadopsi AI agar perusahaan memiliki keunggulan kompetitif. Angka ini lebih tinggi dibandingkan angka global sebesar 79 persen dan Asia Pasifik sebesar 84 persen.

Namun, 48 persen merasa khawatir bahwa para pemimpin organisasi mereka tidak memiliki visi dan rencana untuk menerapkan AI dalam bisnis mereka. Angka ini tergolong rendah dibandingkan angka global sebesar 60 persen dan Asia Pasifik sebesar 61 persen.

Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa 92 persen pekerja pengetahuan di Indonesia telah menggunakan AI untuk menciptakan lapangan kerja. Angka ini lebih tinggi dibandingkan angka global (75 persen) dan Asia Pasifik (83 persen).

Temuan ini menunjukkan ketertarikan Indonesia dalam menggunakan teknologi AI untuk menciptakan bisnis. Selain menunjukkan potensi media sosial baru di Indonesia untuk menggunakan sektor yang didorong oleh AI, kata Presiden Direktur Microsoft Indonesia Dharma Simorangkir dalam siaran persnya, Rabu. (12/6/2024 ).

Dharma mengatakan era revolusi AI sedang berlangsung, menyoroti kebutuhan untuk berkreasi dan berinovasi dengan kecepatan yang lebih cepat. Menurutnya, kecepatan adaptasi dan pertumbuhan Indonesia pada periode ini menunjukkan bahwa Indonesia berada pada posisi yang tepat untuk memanfaatkan ekonomi digital Indonesia dan kemudian memberikan dampak positif bagi banyak orang. 

“Yang penting saat ini adalah bagaimana mengubah minat tersebut menjadi transformasi bisnis AI secara nyata, dengan melakukan tiga hal. Pertama, identifikasi permasalahan bisnis dan integrasikan AI ke dalam solusinya. Kedua, lakukan pendekatan top-down. Ketiga, prioritaskan pelatihan keterampilan AI untuk setiap orang,” katanya. 

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours