Tampang 2 Tersangka Pembubaran Diskusi Din Syamsuddin Cs Dikomentari Netizen: Mukanya Masih Mulus

Estimated read time 2 min read

JAKARTA – Kehadiran dua tersangka dalam perdebatan pembubaran Forum Tanah Air (FTA) menuai banyak kritik dari pemerintah di Grand Kemang seperti Din Shamsuddin, Reflai Harun, Sonarko, dan Said Didu. Hotel tersebut banyak dikomentari netizen pada Sabtu (28/9/2024). Kedua tersangka berinisial FEK dan GW.

GW, 22 tahun, bekerja sebagai satpam dan FEK, 38 tahun, bekerja sebagai pegawai swasta. “Semuanya soal jabat tangan dan cium tangan ya guys? Yuk cari tahu siapa dalangnya!!,” cuit warganet @Mdy_Asmara1*** pada Minggu (29/9/2024).

Terunggah foto salah satu tersangka berinisial FEK sedang mencium tangan petugas polisi. Wajah FEK sempat disorot sejumlah warganet.

Sebab biasanya orang yang masuk ke kantor polisi memiliki wajah yang cacat. Wajahnya masih mulus, tidak ada bekas luka, netizen @Sandi98212***.

“Apakah kamu ditahan?” Mukanya kalem banget,” cuit netizen @olil_j***.

Ada pula warganet yang pesimistis polisi mampu menangkap dan mengungkap dalang atau pihak yang memerintahkan terjadinya bencana tersebut. “Dalang biasanya susah ditangkap,” cuit @basukirahma***.

Rencananya akan dibahas di Hotel Grand Kemang pada Sabtu (28/9/2024). Namun, saat itu sejumlah massa tiba-tiba menyerang lingkungan hotel.

Mereka beralasan tidak ada diskusi yang sesuai dengan semangat patriotisme dan nasionalisme serta tidak ada informasi yang diberikan kepada polisi atau pihak berwenang saat mengumpulkan massa atau menggelar aksi unjuk rasa nasional yang dilakukan diaspora.

Wakapolda Metrojaya Brigadir Pol Jati Vioto Abadi dalam jumpa pers, Minggu (29/9/2024), mengatakan, Kurangnya izin menjadi penyebabnya, memecah belah persatuan dan kesatuan.

Dajati yang saat itu diamankan polisi mengaku sempat terjadi bentrokan antara pengunjuk rasa dengan polisi yang menentang perundingan tersebut. Terjadi desakan dan dorongan dan mereka hendak memasuki gedung. Jadi ada pertemuan dengan petugas kami yang sedang melakukan operasi pengamanan,” ujarnya.

Ia mengatakan, polisi melakukan diskusi antara kelompok penentang pembicaraan dan penyelenggara pembicaraan. Dajati mengatakan, koordinator kedua belah pihak sudah melakukan pertemuan.

“Kami telah merundingkan kesepakatan untuk mempercepat operasi (negosiasi) di sana sehingga kami dapat memastikan kemajuan kampanye anti-apartheid yang sedang berlangsung,” ujarnya.

Namun tiba-tiba 10-15 orang datang ke ruang diskusi dari pintu belakang. Pada saat itu terjadi vandalisme dan pelecehan dan diskusi dibatalkan.

“Setelah kejadian itu (melompat melalui pintu belakang), kami yang berada di depan menuju gedung belakang yang jaraknya sekitar 100 meter,” ujarnya.

Namun, polisi sedang menyelidiki penyebab vandalisme dan penganiayaan tersebut. Polisi masih melakukan penyelidikan lebih lanjut atas dugaan keterlibatannya dalam kejadian serupa lainnya.

“Polda Metrojaya akan menyelidiki motif dan pendorong gerakan massa ini. Kami akan melakukan screening, deep profiling terhadap pelaku kejahatan yang kami tangkap. Siapa yang menggerakkan, apa motifnya, apa tujuannya.” dia menyimpulkan.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours