Tangan dingin masterclass Fakhri Husaini di tanah kelahiran

Estimated read time 7 min read

Banda Aceh (ANTARA) – Hujan disertai angin kencang merembes melalui celah-celah Stadion Harapan Bangsa Banda Aceh, sementara suara puluhan ribu penonton dari tribun penonton menambah suasana malam itu.

Di tengah lapangan, 22 pria berseragam hijau putih berlari mengejar bola hingga terlempar ke net dan tiang berukuran 7,32 x 2,44 meter.

Senin malam (16 September) 2024 Laga semifinal sepak bola putra Pekan Olahraga Nasional (PON) Aceh-Sumut ke-21 digelar antara Jawa Timur dan tuan rumah Aceh.

Di sisi lain lapangan, tepat di depan bangku pemain dan ofisial Jatim, tampak seorang pria paruh baya bertopi hitam tampak gugup dengan tangan bersedekap (memeluk erat badan atau dalam pelukan kupu-kupu).

Beberapa teori menjelaskan bahwa self-hugging merupakan salah satu bentuk tindakan manusia yang diarahkan pada diri sendiri yang bertujuan untuk menenangkan segala perasaan negatif seperti kecemasan, ketakutan, dan perasaan tidak menyenangkan lainnya.

Meski begitu, 11 timnya di lapangan rumput hijau sepanjang 100 meter nyaris mengejar ketertinggalan satu poin (0:1) dari lawannya, yakni tuan rumah Aceh.

Pria berusia 59 tahun tersebut bernama Fakhri Husaini, pria kelahiran Tanah Renkong (Aceh) dan saat ini melatih tim sepak bola PON Jawa Timur.

Fakhri menunjukkan pendekatan profesionalnya sebagai pelatih sepak bola, ia tetap harus fokus sepenuhnya untuk mengalahkan lawan-lawannya, meski itu tim tuan rumah.

Di sela-sela tangannya menunjuk para pemain yang memberikan instruksi hingga akhirnya gaya permainan timnya berhasil menguasai mereka dan akhirnya memenangkan pertandingan dengan skor 3-2, tiket Fakhri Hussaini ke final.

Berikutnya: Persiapan Persiapan

Fakhri Husaini tak butuh waktu lama untuk mengumpulkan tim berkualitas, berkat pengalaman melatihnya ia semakin mudah meraih hasil maksimal di Jatim hingga medali emas.

Di final, Jawa Timur bertemu dengan tim dari satu pulau yakni Jawa Barat. Penikmat sepak bola nusantara ini patut mengakui kehebatan Fakhri Hussaini dalam menyusun strategi.

Persiapan yang singkat tak menjadi masalah baginya untuk meraih kemenangan. Ia hanya perlu mempelajari taktik tim lawan yang akan dihadapinya dan mempersiapkan bagaimana para pemainnya akan beroperasi di lapangan.

Fakhri berhasil mengalahkan Jawa Barat 1-0 melalui kaki murid-muridnya untuk membawa pulang medali emas bagi Jawa Timur yang sudah 16 tahun memburu medali emas sepak bola PON. Vigi Pratama (atas) Jatim melompat menghindari Krisna Prastoyo (bawah) Jabar saat laga final sepak bola PON XXI Aceh-Sumut 2024 di Stadion Harapan Bangsa, Banda Aceh, Aceh, Rabu (18/9). /2024). ((ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/oy)

Persiapan timnas Jatim hanya memakan waktu dua bulan, kata Fakhri Husaini peraih medali emas sepak bola putra PON XXI Aceh-Sumut.

Tak hanya persiapan selama dua bulan, Fakhri juga menghadapi lika-liku pembentukan timnas Jatim. Jadi, Anda harus memilih ulang para pemain.

Meski demikian, ia bersyukur Jatim memiliki banyak pemain muda potensial sehingga tidak terlalu sulit baginya untuk membina mereka menjadi tim yang kuat dan kompak. Jelas mereka meraih medali emas.

Ia mengatakan, Jatim punya banyak pemain bagus yang layak bergabung dengan tim PON ini. Sebenarnya, dia melihat penyerang muda kelahiran 2005 itu di lapangan.

Namun pemain muda tersebut belum bisa direkrut ke tim PON karena nama pemainnya sudah terdaftar di KONI. Dengan demikian, peminat tidak bisa masuk ke skuad.

Artinya, prestasi mereka menjadi bukti kuat bahwa Jawa Timur merupakan sumber pemain muda potensial bagi timnas di masa depan. PON XXI Aceh-Sumut menjadi saksinya.

Berikutnya: Meletakkan Emas Meletakkan Emas

PON XXI Aceh-Sumut 2024 merupakan kali kedua pria kelahiran Lhokseumawe itu membina generasi muda jelang pesta olahraga nasional empat tahunan tersebut. Pada PON Papua 2021, ia melatih anak-anak Aceh.

Membawa Jatim menjadi juara tahun ini merupakan salah satu cita-citanya meraih medali emas PON, karena sebelumnya ia belum bisa terbang ke Aceh dari ujung timur Indonesia.

Pada PON 2021, Fakhri Hussaini berhasil mengantarkan tim PON Aceh ke babak final, dan harapannya untuk mengantarkan hadiah emas kepada masyarakat Tanah Renkong pupus di tangan anak-anak Papua.

Kemudian timnya kalah dari tuan rumah dengan skor 2:0. Fakhri Husayni terpaksa menerima perak sebagai oleh-oleh untuk masyarakat Aceh.

Meraih posisi kedua bukanlah sebuah master class seperti impian Fakhri Husaini. Namun pertandingan berakhir, hasilnya harus diterima dengan lapang dada.

.

Meski hati kecilnya pedih atas kekalahan tersebut, hal itu bukan karena buruknya performa timnya, melainkan karena alasan lain. Tim sepak bola Jatim memamerkan medali emasnya saat acara penganugerahan pemenang usai laga final PON XXI Aceh-Sumut 2024 melawan Jawa Barat di Stadion Harapan Bangsa, Banda Aceh, Aceh, Rabu (18/09/2024). ((ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/oy)

Fakhri tampak tak berkutik sejak momen terakhir PON Papua. Bahkan, dari beberapa jumpa pers PON XXI Aceh-Sumut, ia terus mengulang tahun 2021. Soal kekalahan yang ditentukan lewat penalti di menit pertama dan kartu merah di menit ke-20 pertandingan. cocok.

“Pada awal tahun 2021, pada turnamen PON Papua, kami (Tim Aceh) kalah dari tuan rumah, namun kemudian langsung mendapat penalti pada menit ke-3 dan pemain kami mendapat kartu merah pada menit ke-20,” kata Fakhri. Husayni.

Mengingat pengalaman Papua, Fakhri tak ingin timnya di Jatim kembali mendapat perlakuan serupa pada PON XXI di Aceh dan Sumut. Kami berharap manajemen wasit di lapangan benar-benar berjalan sebagaimana mestinya.

Menurut Fakhri, jika wasit di lapangan tidak bijak dan tidak mengikuti prosedur, maka apa yang terjadi di lapangan tidak akan indahnya sepak bola. Sebab kemenangan tidak ditentukan oleh pemainnya, melainkan oleh wasit.

Kasus pertandingan Aceh kontra Sulawesi Tengah di babak 16 besar PON XXI yang penuh kontroversi hingga berujung pemukulan terhadap wasit menjadi dewi keberuntungan di Jawa Timur.

Fakhri mengatakan, jika masalah itu tidak muncul di babak perempat final, kemungkinan besar mereka akan menghadapinya saat menghadapi tuan rumah Aceh di laga semifinal.

Ibarat PON Papua mengalami cedera, Fakhri bersyukur kejadian yang terjadi lebih awal di babak perempat final membuat PSSI cepat bereaksi dan mengganti wasit di lapangan untuk laga semifinal tersebut.

Terakhir, laga semifinal mereka melawan tuan rumah Aceh, sebelum final dipimpin langsung oleh wasit Indonesia dari Liga 2 dan 1.

“Kalau di laga Aceh-Sulteng tidak terjadi apa-apa, bisa saja hari ini (semifinal Aceh-Jawa Timur) terjadi,” ujarnya.

Pada laga final, Devi Fortuna masuk menggantikan Jawa Timur setelah kiper Jawa Barat dilanggar di area penalti dan mereka mendapat hadiah penalti.

Sejak awal, Jutati yang dipercaya sebagai pemaksa berhasil mengelabui kiper Jawa Barat tersebut hingga berhasil mencatatkan namanya di papan skor.

Jelang pertandingan berakhir, Jatim berhasil menjadi juara pertama PON XXI dan naik podium utama usai menerima medali emas dari Pj Gubernur Aceh dan Ketua PB PON Aceh Safrizal ZA.

Prestasi tersebut menjadi penyelamat bagi Fakhri Hussaini pasca kegagalan bersama Aceh pada tahun 2021. PON Papua. Apalagi, ia menerima medali incaran di tangan dingin dari tanah airnya sendiri.

Berikutnya: Karier pemain Karier pemain

Medali emas berhasil diraih dan PON XXI Aceh-Sumut pun usai. Namun niatnya untuk memberikan yang terbaik untuk timnya tidak berhenti, berharap bisa meraih karir terbaik di dunia sepak bola.

Fakhri Hussaini rencananya akan bertemu seluruh pemain tim PON Jatim. Melihat hal tersebut, banyak klub profesional yang mulai melirik timnya, baik dari liga 2 maupun 1 Indonesia.

Hal pertama yang ingin disampaikan adalah anak-anak jangan sampai salah memilih klub, carilah klub yang benar-benar bisa memberi mereka waktu bermain lebih banyak.

Kedua, para pemain jangan terlalu bergembira dengan prestasi PON karena hanya menjadi perantara atau jembatan menuju karir sepak bola yang lebih baik di masa depan.

“Saya juga tidak ingin mereka tiba-tiba menghilang hanya karena tidak mampu menahan popularitas. Pemain sekarang sudah seperti selebriti,” ujarnya. Pesepakbola Jawa Timur Rano Jutati Karenano (kiri) melakukan selebrasi usai mencetak gol saat bertanding bersama rekan setimnya Muhammadu Rasha AE (kedua kiri), Ka’ka Zaki Bashah (tengah) dan Rizki Dwi Nugraha Asyari (kedua kanan) dan Vigi Pratama (kanan). ) ) ). Perebutan medali emas PON XXI Aceh-Sumut 2024 melawan Jawa Barat di Stadion Harapan Bangsa, Banda Aceh, Aceh pada Rabu (18/09/2024). (ANTARA FOTO / Syifa Yulinnas / aww)

Meskipun wajar bagi pemain untuk mencapai ketenaran setelahnya, dan mereka tentu saja pantas mendapatkan pencapaian tersebut, hal ini normal dalam sepak bola. Namun mereka juga harus mampu mengelola dan mengendalikannya dengan baik.

“Mereka harus ingat, kalau mereka pesepakbola, untuk menjadi pesepakbola hebat butuh energi, jadi mereka harus paham kalau ingin menjadi lebih baik,” harap Fakhri Hussaini.

Jika para pemain tidak pandai mengatur diri dan mengendalikan diri, dikhawatirkan karier sepak bola tidak akan berhenti sampai disitu saja. Jadi apa yang ditanam akan sia-sia.

Harapan tersebut disampaikan melalui kecintaannya terhadap dunia sepak bola dan khususnya kepada anak-anak yang dibinanya agar menjadi pemain profesional di masa depan.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours