JAKARTA (ANTARA) – Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Teten Masduki mengakui target digital bagi usaha kecil dan menengah tidak akan tercapai pada tahun ini dan pihaknya akan mengevaluasi program digital yang sedang berjalan.
“Jelas gol pertama kami terlalu besar. “Kami telah membantu (pelaku UMKM) dan menyasar UMKM di sejumlah kota sekunder,” ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Rabu.
“Digital bukanlah tantangan terbesar yang dihadapi UMKM saat ini karena pelaku UMKM sudah memahami kebiasaan konsumen Indonesia yang cenderung berbelanja online,” kata Teten.
Menurutnya, usaha kecil dan menengah Indonesia menghadapi tantangan besar di pasar dalam negeri karena harus bersaing dengan produk impor murah yang membanjiri pasar.
Di sisi lain, Teten mengatakan produk UMKM Indonesia lebih mahal dibandingkan produk luar negeri karena sebagian besar bahan bakunya masih impor.
Ujung-ujungnya kita hanya menjadi pedagang produk luar negeri, ujarnya. “Kami sedang mengevaluasi.
Selain itu, Teten mengatakan, usaha kecil dan menengah khususnya sektor kuliner dan fesyen pun menghadapi kendala dalam memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri karena terbatasnya kapasitas produksi. Akibatnya, banyak usaha kecil dan menengah yang tidak bisa bertahan lama di platform e-commerce.
Pemerintah menargetkan 30 juta usaha kecil dan menengah terlibat dalam ekosistem digital pada tahun ini.
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah mencatat akan ada 65 juta usaha kecil dan menengah yang terdaftar pada tahun 2021. Pada tahun 2022, jumlah usaha kecil dan menengah yang memasuki ekosistem digital atau digital akan mencapai 19 juta unit usaha dan akan meningkat menjadi 22,8 juta pada tahun 2023.
“Pertanyaan yang kita evaluasi hari ini bukan soal jumlah UMKM yang masuk dalam ekosistem digital, tapi seberapa kompetitif produk UMKM,” kata Teten.
“Misalnya, kalau arus produk luar negeri masih semurah sekarang, maka UKM kita benar-benar kalah,” tutupnya.
+ There are no comments
Add yours