Target Dividen BUMN Naik 160 Persen, Erick Dorong BUMN Lebih Efisien

Estimated read time 2 min read

dlbrw.com, JAKARTA – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan kenaikan target dividen BUMN menjadi Rp 90 triliun pada tahun 2025 merupakan bentuk syukur atas keberhasilan BUMN.

Erick melaporkan, transformasi yang didukung penuh oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Komisi VI DPR ini terbukti semakin meningkatkan pembayaran dividen kepada negara mulai tahun 2021 yang hanya mencapai Rp 30 triliun dan meningkat Rp 40 triliun. pada tahun 2022, Rp 81 triliun pada tahun 2023, dan tahun ini harus mencapai Rp 85 triliun. 

Kenaikan dividen dari sekarang Rp 30 triliun menjadi Rp 90 triliun hampir 160 persen lebih, jadi angka yang sangat tinggi, kata Erick usai rapat kerja dengan Komisi VI DPR di Gedung DPR, Jakarta, Senin (Februari). 2). ). 9/2024).

Erick mengatakan, gol tersebut tentu tidak mudah. Pasalnya, situasi perekonomian global masih diwarnai ketidakstabilan sehingga BUMN perlu lebih efisien dalam menjalankan proses bisnisnya. 

“Banggar menargetkan dividen sebesar 160 persen atau Rp 90 triliun. Hal ini tidak mudah karena situasi perekonomian tidak stabil, biaya logistik meningkat dan harga sumber daya alam menurun. Untuk mencapai tujuan tersebut, kami terus meningkatkan efisiensi di BUMN dan memperketat target Rp 90 triliun akan kami upayakan,” kata Erick. 

Untuk mencapai tujuan tersebut, lanjut Erick, kita tidak bisa hanya mengandalkan peningkatan keuntungan atau sumber daya alam. Erick menilai perlunya percepatan efisiensi secara menyeluruh di BUMN. 

“Yang bisa kita jamin adalah efisiensi yang berkelanjutan, di mana perusahaan-perusahaan yang tidak mau bersaing secara terbuka, suka atau tidak, berani tutup,” lanjut Erick. 

Erick mengatakan, dari total 47 BUMN, hanya tujuh BUMN yang kondisinya tidak sehat saat ini. Menurut dia, jumlah tersebut drastis dibandingkan sebelumnya yang saat itu hanya berjumlah 15-20 BUMN. 

Penurunan jumlah BUMN yang tidak sehat sangat signifikan, lanjut Erick. 

Erick mengatakan, kondisi global yang dinamis dengan biaya logistik yang tinggi memerlukan kemampuan adaptasi yang lebih besar dari BUMN. Erick mengatakan BUMN harus mampu bersaing di pasar Indonesia yang sangat terbuka. 

“Pasar Indonesia terbuka. “Jadi kalau dibilang BUMN-BUMN ini monopoli, kenyataannya tidak. Kebutuhan untuk menutup, merger, atau berbenah menjadi keterbukaan,” kata Erick.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours