Targetkan Cetak Sawah 500.000 Hektare di Kalsel, Kementan Gelar Rakor di Makorem 101/Antasari

Estimated read time 3 min read

KALIMANTAN SELATAN – Saat ini Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) tengah memanfaatkan kembali dan mengembangkan lahan basah sebagai alternatif peningkatan produksi padi.

Diluncurkan oleh Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman, program tersebut merupakan upaya mendukung swasembada pangan di Indonesia.

“Program swasembada pangan salah satunya dapat dilakukan dengan mengoptimalkan lahan basah untuk meningkatkan produksi pangan. Tentunya program ini perlu dukungan berbagai pihak mulai dari pemerintah daerah, konsultan, Babinsa dan para petani muda,” ujarnya kepada Ist. kata Menteri Pertanian Amran, Jumat (2 Agustus 2024).

Untuk memaksimalkan hal di atas, Plt Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi, turut serta dalam Dewan Koordinasi Rakyat (PCO) bersama Panel Pakar Teknologi Inovatif dan Pengelolaan Irigasi (TAM) di bawah Menteri. Pertanian Hendry Sosiawan. Program Percetakan Sawah (CSR) di Markas Komando Resor Militer (Makorem) 101/Antasari. Rapat koordinasi dipimpin Komandan Korem 101/Antasari Brigjen TNI Ari Arianto, Kamis (1/8/2024).

Pada pertemuan ini dibahas Program Penyuluhan Lahan Pertanian (ARL) sawah vernakular di Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) dalam rangka krisis pangan Kementerian Pertanian.

Dalam pengarahannya, Dedi menyampaikan bahwa situasi global saat ini sedang kurang baik dan terjadi krisis pangan, termasuk di Indonesia.

Darurat pangan terjadi ketika produksi beras saat ini tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan cadangan beras federal (CBP), sehingga mengakibatkan kekurangan beras secara nasional.

Solusi cepatnya adalah dengan mengimpor pangan, namun negara-negara pengekspor juga memberlakukan pembatasan untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya, sehingga kita tidak bisa lagi bergantung pada impor.

“Satu-satunya solusi berkelanjutan adalah kita harus swasembada beras. Kalau mau swasembada, produksi ini harus kita tingkatkan,” kata Dedi.

Untuk meningkatkan produksi, ada tiga hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi, yaitu meningkatkan produktivitas, menambah lahan, membuat lahan sawah baru dan ketiga meningkatkan indeks tanam (IP).

“Saat ini kami sedang berupaya meningkatkan IP100 menjadi IP200. “Tapi itu belum cukup, kita juga harus melakukan CSR,” jelas Dedi.

Dedi mengaku mendapat pesan melalui telepon dari Menteri Pertanian Amran bahwa Provinsi Kalimantan Selatan telah diberikan target CSR lahan basah seluas 500.000 hektar pada tahun 2025.

Kebetulan Pak Menteri menelpon saya dan bilang seharusnya bisa mencetak 500.000 hektar lahan di Kalimantan Selatan,” kata Dedi.

Sementara itu, Hendri Sosiawan dari TAM mengatakan, program swakelola CSR ditujukan kepada masyarakat umum yang memiliki lahan untuk dialihfungsikan menjadi sawah dan ingin memulai usaha pertanian padi.

Kami berharap seluruh petani dapat mensukseskan program CSR yang dimulai dengan identifikasi kolektif lokasi-lokasi potensial yang dapat diusulkan untuk produksi padi, baik milik swasta maupun milik lembaga/masyarakat.

“Program pencetakan padi ini diperlukan untuk mewujudkan cita-cita kedaulatan pangan Indonesia,” kata Hendry.

Usulan pencetakan sawah dilakukan oleh kelompok tani, lembaga swadaya masyarakat, pesantren, dan kelompok masyarakat lainnya yang memiliki lahan minimal 5 hektar dan memiliki sumber air. Pastikan juga lokasinya berada di luar kawasan hutan dan tidak dalam kondisi sengketa (clear and clear).

Komandan Korem 101/Antasari, Brigjen Ari Arianto, mendukung penuh program CSR ini dan menyampaikannya kepada Komandan Kodim Kabupaten/Kota (Dandim) Kalimantan Selatan yang hadir dalam pertemuan tersebut untuk meminta penyelidikan di lembah tersebut segera dilakukan. Serta jajaran dinas pertanian kabupaten/kota.

“Mengingat krisis pangan, ini bukan lelucon. Kita tahu, kita diperintahkan untuk bergerak (mencetak sawah) atas arahan Presiden dan Presiden terpilih, sehingga tidak boleh ada lagi egoisme di industri,” tegas Ari.

Terakhir, Ari menambahkan agar masing-masing Direktur Dinas Pertanian Kabupaten/Kota harus berkoordinasi dengan Dandim dan memiliki kesamaan rincian usulan lokasi yang diajukan.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours