Tari Keturunan gambarkan peleburan budaya Belanda-Indonesia

Estimated read time 2 min read

Jakarta (ANTARA) – Kedutaan Besar Belanda di Jakarta menyuguhkan pertunjukan bertajuk Descent yang menampilkan pemikiran para keturunan masyarakat Maluku yang berwisata ke Belanda untuk mempererat hubungan dan memberikan semangat bagi kedua negara. .

“Ini menunjukkan bahwa kita memiliki banyak orang yang memiliki budaya yang sama, baik Belanda maupun Indonesia, dan mereka bersatu, dan menurut saya hubungan ini sangat penting bagi kami,” kata Wakil Direktur Departemen Kebudayaan dan Komunikasi tersebut. bahasa Belanda. KBRI Jeff de Boer saat pertemuan usai pidato di Jakarta, Sabtu.

Jeff menjelaskan, Descendants yang juga ditampilkan dalam bentuk film dokumenter dan pameran foto, menceritakan kisah generasi kedua dan ketiga masyarakat Indonesia di Belanda yang bertanya-tanya tentang sejarah, budaya, bahkan Indonesia sendiri, dalam kehidupan mereka. di Belanda.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut diajukan oleh lima orang penari asal Belanda-Indonesia dan/atau Maluku kepada orang tua, tetangga dan teman yang mempunyai informasi tentang Indonesia dan dimuat dalam seni tari.

Kedutaan Besar Belanda memutuskan bahwa kisah ini layak dihadirkan di Pusat Kebudayaan Belanda Erasmus Huis, Jakarta, karena dapat menginspirasi generasi muda untuk belajar lebih banyak tentang identitas pribadi.

Karena tarian ini menghubungkan kita, membantu, menginspirasi dan belajar satu sama lain. Jaef mengatakan, Jadi tarian rakyat menampilkan tarian dan energi dengan pertunjukan modern dari seluruh Indonesia, kata Jaef.

Sementara itu, direktur ART& Gi Au Yeung yang menciptakan keturunannya menjelaskan bahwa proyek multidisiplin ini sudah mulai berjalan sejak tahun 2022 di beberapa kota di Belanda sendiri.

Tarian yang tidak hanya dipengaruhi budaya Maluku tetapi juga dibumbui dengan tarian tradisional Jawa dan Bali ini berdurasi sekitar 45 menit dan dipentaskan secara live di Solo dan Maluku pada pekan lalu.

“Kami jadikan inspirasi untuk menghubungkan dengan warisan budaya kami. Dan kami kombinasikan dengan gaya modern kami sendiri, saat kami dilatih sebagai seniman di Belanda. Jadi ide tari kami berbeda,” jelasnya.

Gi mengatakan, kostum tarinya juga dirancang khusus oleh desainer asal Maluku-Indonesia yang memadukan berbagai bentuk dan tekstur dengan motif berbeda dengan corak maluku dan Belanda.

Termasuk juga pernyataan presiden pertama Indonesia, Soekarno yang ikut serta dalam musik dengan tarian, karena menurut mereka energi tersebut sedikit banyak bersifat pribadi di kalangan masyarakat asli Indonesia, khususnya Maluku, yang tinggal di Belanda.

“Kami menggunakan momen penting dalam sejarah ini untuk memberi tahu orang-orang bahwa kami ada di sini sekarang, tapi kami juga menghormati semua yang terjadi sebelumnya sehingga kami bisa berada di sini sekarang, bebas,” ujarnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours