Teknologi AI Deepfake Akan Membuat Sulit Bedakan Manusia dan Robot

Estimated read time 2 min read

LONDON – Teknologi AI mempunyai potensi besar membawa dampak positif dan negatif. Di sisi lain, AI meningkatkan produktivitas dan membuat hidup lebih mudah. Di sisi lain, AI juga membawa risiko yang signifikan.

Seiring berkembangnya teknologi AI, para profesional mulai mengungkapkan kekhawatiran mereka mengenai potensi risikonya. Bagaimana jika alat AI dirancang untuk tujuan tertentu namun kemudian disalahgunakan untuk tujuan yang tidak tepat? Bagaimana jika AI menipu atau membodohi kita?

Microsoft telah mengembangkan alat AI yang secara akurat meniru suara manusia. Disebut VALL-E 2, ini adalah perangkat pertama yang mencapai “kesetaraan manusia” dalam kualitas suara.

Namun karena besarnya potensi penyalahgunaan seperti voice spoofing atau penipuan, Microsoft memutuskan untuk tidak merilis VALL-E 2 ke publik.

OpenAI, sebuah laboratorium penelitian AI, telah mengembangkan robot robot yang belajar dan beradaptasi dengan lingkungannya.

Robot yang diberi nama Dactyl ini sangat mahir dalam merakit benda-benda kecil dan dapat melakukan tugas-tugas kompleks seperti mengambil kunci dan memecahkan teka-teki.

Meskipun ulet berpotensi digunakan dalam banyak aplikasi berguna, seperti membantu orang cacat atau melakukan pekerjaan berbahaya, terdapat juga kekhawatiran bahwa robot dapat digunakan untuk tujuan yang tidak pantas, seperti mencuri atau melukai orang.

Penting untuk menyadari potensi manfaat dan risiko AI. Kita harus bekerja sama untuk memastikan bahwa AI dikembangkan dan digunakan secara bertanggung jawab sehingga bermanfaat bagi seluruh umat manusia.

Berinvestasi dalam penelitian untuk menciptakan sistem AI yang aman dan andal.

Menetapkan peraturan dan regulasi untuk mengatur pengembangan dan penggunaan AI.

Dengan bekerja sama, kita bisa memastikan AI itu baik dan tidak buruk.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours