Temu: E-commerce dengan 850 Juta Pengguna Dilarang di Indonesia!

Estimated read time 3 min read

JAKARTA – Temu, platform e-commerce yang terkenal dengan harga barangnya yang murah, semakin berkembang di pasar global. Dengan bantuan kesuksesan saudaranya Pinduoduo di China, Temu berhasil menarik perhatian konsumen di Amerika Serikat dan banyak negara lainnya.

Namun, perjalanan Themu tidak selalu mulus. Di Indonesia, Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arieh Setiadi dengan tegas membantah kehadiran Temu dan menganggapnya sebagai ancaman bagi usaha kecil dan menengah lokal.

Didirikan pada tahun 2015, kisah sukses Pinduoduo dan TemuPinduoduo (PDD) berhasil mendominasi pasar e-commerce Tiongkok dengan strategi “harga murah” dan “perdagangan sosial”. PDD menawarkan berbagai macam produk dengan harga yang jauh lebih rendah dibandingkan pesaing seperti Alibaba dan JD.com.

Selain itu, PDD juga menawarkan fitur “group buy” yang memungkinkan pengguna mendapatkan diskon lebih besar dengan mengundang teman untuk membeli barang yang sama.

Strategi ini sangat efektif di Tiongkok, dimana harga merupakan faktor penentu utama dalam keputusan pembelian. Dalam waktu singkat, PDD berhasil mengumpulkan ratusan juta pengguna dan menjadi salah satu perusahaan e-commerce terbesar di dunia.

Kesuksesan PDD di Tiongkok mendorong perusahaan induknya, PDD Holdings, melakukan ekspansi ke pasar internasional dengan meluncurkan Temu pada tahun 2022. Temu menerapkan strategi serupa dengan PDD, yaitu menawarkan harga yang sangat murah dan berbagai promosi menarik untuk menarik pelanggan.

Dampak pertemuan di berbagai negara

Di Amerika Serikat, pertemuan tersebut dengan cepat menjadi sebuah fenomena. Aplikasi ini berhasil meraih posisi teratas di App Store dan Google Play Store, mengalahkan aplikasi populer lainnya seperti Amazon dan Shein. Keberhasilan pertemuan di AS ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

• Harga sangat terjangkau: Temu menawarkan harga yang jauh lebih murah dibandingkan e-commerce lain, bahkan untuk produk yang sama.

• Berbagai Promosi: Temu selalu menawarkan berbagai promosi menarik seperti diskon, gratis ongkos kirim dan cashback untuk menarik pelanggan.

• Pengalaman berbelanja yang sederhana dan menyenangkan: Aplikasi Temu dirancang dengan antarmuka yang menyenangkan dan ramah pengguna.

Namun kehadiran Temu menimbulkan kekhawatiran di beberapa negara. Di AS, pemerintah sedang mempertimbangkan untuk menghapus insentif pajak untuk paket bernilai rendah, yang sebagian besar dikirim oleh perusahaan seperti Temu dan Shein. Jika kebijakan ini diterapkan, harga barang Temu bisa naik dan keunggulan kompetitif bisa menurun.

Temu Dilarang Masuk Indonesia Di Indonesia, Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arieh Setiadi dengan tegas menyatakan pemerintah tidak akan mengizinkan Temu beroperasi di Indonesia. Pasalnya, Temu menilai hal ini dapat merugikan ekosistem UKM lokal karena model bisnisnya menghubungkan konsumen langsung dengan produsen di China.

“Kami masih melarang (Temu beroperasi di Indonesia). “Usaha kecil menengah kita akan hancur kalau dibiarkan,” kata Budi Arie, Dinas Komunikasi dan Informatika Jakarta Pusat, Selasa (1/10/2024).

Budi menjelaskan Temu tidak akan bisa masuk ke pasar Indonesia karena mengancam ekosistem UKM Indonesia. Bahkan, platform jual beli online ini menghubungkan langsung konsumen dengan produsen.

Baca Juga: Pemerintah Pastikan Aplikasi Temu Tidak Masuk Indonesia

“Pertemuan tidak mungkin dilakukan karena merusak ekosistem, khususnya UKM Indonesia. Kita tidak akan memberi mereka kesempatan. Masyarakat akan rugi, kita ingin ada ruang digital bagi masyarakat untuk produktif dan apa gunanya masyarakat lebih banyak kehilangan keuntungan.” “- katanya.

Penolakan ini menunjukkan komitmen pemerintah Indonesia untuk melindungi UKM lokal dari ancaman persaingan tidak sehat. Namun di sisi lain, penolakan tersebut membatasi kemampuan konsumen Indonesia untuk mendapatkan barang dengan harga lebih murah.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours