Tentang Pernikahan Orang Tionghoa dengan Orang Indonesia

Estimated read time 5 min read

Kisah pernikahan Tionghoa-Indonesia merupakan salah satu kisah para penulis fiksi yang menceritakan permasalahan masyarakat Tionghoa di Indonesia. Kisah ini muncul sebelum Indonesia merdeka. Pada masa pendudukan Jepang, terdapat novel pendek berjudul Palavidja karya Kareem Halim yang menceritakan tentang hubungan romantis antara seorang pemuda pribumi dan seorang wanita Tionghoa di Rengasdengklok.

Baca juga: Mengatasi Diskriminasi di Tiongkok

Topik pernikahan antar ras menjadi sangat populer pada masa Orde Baru. Tema ini sejalan dengan kebijakan Orde Baru yang menyatukan masyarakat Tionghoa ke dalam suku lain di Indonesia. Kisah perkawinan campur antara etnis Tionghoa dengan etnis lain di Indonesia masih menjadi cerita para penulis hingga saat ini. Buku “Noniki Chamu” adalah salah satunya. Karya fiksi berupa novel karya Rina Suryakusuma ini merupakan novel terbaru yang mengangkat topik pernikahan antara etnis Tionghoa dengan etnis lain.

Berbeda dengan kebanyakan novel bertema serupa yang berkisah tentang kendala sebelum menikah, Rina Suryakusuma menghadirkan tantangan dalam menjodohkan pasangan setelah menikah dan terbentuknya keluarga. Permasalahan perkawinan antara Tionghoa dan ras lain rupanya muncul bukan sebelum menikah, melainkan setelah mereka menikah.

Sebenarnya dalam buku ini tidak ada sekat agama dan budaya di antara keduanya. Keluarga Kinanti merupakan keluarga kecil yang beragama Kristen. Sama seperti Pandu Buana Vidyanatha (Ng Tiong Bik). Kinanti dan Pandu sama-sama merupakan orang terpelajar karena sama-sama menuntut ilmu. Keluarga Kinanti merupakan keluarga yang terbuka terhadap pernikahan antar ras. Jika hal ini terjadi, maka akan sangat mempengaruhi keadaan keuangan kedua keluarga.

Rina mengawali bukunya dengan menggambarkan keluarga Kinanti di kota kecil Wonosobo. Kinanti adalah anak kedua dalam keluarga muda Kristen yang memiliki toko kelontong kecil. Sejarah ini memberi pembaca gambaran bahwa keluarga Kinanti bukanlah keluarga bangsawan karena orang tuanya bekerja di bidang bisnis.

Baca juga: Tiongkok dalam Pendidikan Sejarah di Indonesia

Rina pun memberikan penjelasan mengapa Kinanti tertarik dengan dunia pengobatan herbal. Latar belakang Kinanti yang menggeluti pengobatan herbal, seperti dijelaskan Rina, membuat ceritanya menjadi natural. Kinanti di-bully oleh teman-temannya di sekolah. Dia terluka. Saat Kinanti pergi menemui temannya – karena takut pulang – Kinanti ditolong oleh temannya.

Ternyata obat herbal yang diracik temannya bisa menghilangkan rasa sakitnya. Sejak itulah Kinanti mulai tertarik dengan pengobatan herbal. Sejak saat itu, Kinanti mengabdikan dirinya pada studi pengobatan herbal. Bahkan, ia mulai membuat dan menjual jamu sejak duduk di bangku SMA dan tinggal di Wonosobo.

Kinanti lebih suka membantu di toko daripada melanjutkan studinya. Meski Kinanti tidak ingin melanjutkan sekolah, namun orang tuanya ingin agar ia menyelesaikan studinya. Oleh karena itu, Kinanti memutuskan untuk bersekolah di Solo. Di kota tersebut ia bertemu dengan Pandu Buana Vidyanatha (Ng Tiong Bik).

Kinanti yang bercita-cita memulai bisnis jamu mirip dengan Pandu. Selain itu, keluarga Pandu merupakan keluarga yang usahanya jual beli rempah-rempah. Kinanti bercita-cita bisa bekerja untuk menunjang bisnis keluarga Pandu dan mengembangkan usahanya sendiri dengan membuat obat-obatan herbal sendiri. Kinanti memutuskan berhenti sekolah dan menikah dengan Pandu.

Namun gagasan Kinanti harus dihadapkan pada kenyataan. Chik Tanti, adik Pandu, tidak mengizinkan Kinanti membantu bisnis rempah-rempah. Cewek Tanti tidak menyukai Kinanti karena dia bukan wanita Tionghoa. Selain karena Kinanti tidak bekerja di bisnis keluarga, Pandu yang bekerja di keluarga juga berpenghasilan sangat kecil.

Uang yang sedikit itu membuat Kinanti bisa menghidupi keluarganya. Awalnya ia mencoba membuat obat dari tumbuhan. Namun upaya tersebut digagalkan oleh Cik Tanti. Akhirnya Kinanti mendirikan toko kelontong kecil-kecilan. Dia menjual koin emasnya sebagai uang untuk mulai berbelanja. Sejak saat itu, Kinanti patah hati dan melupakan mimpinya untuk memulai bisnis jamu.

Mata pencaharian keluarga Pandu bergantung pada bisnis keluarga yang dijalankan oleh Cik Tanti. Termasuk pembayaran untuk Arumi, anak Pandu dengan Kinanti. Cik Tanti yang masih lajang meminta semua temannya memanggilnya Mami. Chik Tanti yang tidak menyukai Kinanti merasa pendapat Arumi tentang dukungan finansial berbeda dengan pendapat sepupunya yang lain. Dukungan finansial di Arumi terbatas. Arumi harus bekerja sambil belajar. Dia menjual baju yang dibelinya di Solo dan menjualnya di Jakarta.

Baca Juga: Sastra Malayalam Cina, Asing

Apa yang terjadi saat Kinanti sakit membuat Arumi sadar kalau kerabat ayahnya adalah teman. Arumi memutuskan untuk rehat kuliah demi menjaga ibunya. Keputusan keluar sekolah itu membuat marah Chick Tanti yang mengancam Arumi akan berhenti mendukungnya. Namun Arumi bertekad untuk menjaga ibunya.

Melalui Wonosobo, Arumi mendengar bahwa ibunya, Kinanti, bercita-cita ingin membuat bisnis jamu. Berdasarkan penderitaan ibunya sehubungan dengan dukungan keluarga ayahnya, Urumi bertekad untuk meneruskan cita-cita ibunya. Arumi berhasil menciptakan bisnis farmasi.

Keberhasilan Arumi membangun bisnis jamu ini membuat Cik Tanti dan kerabat Pandu menyadari bahwa Arumi adalah anak yang hebat. Dia mencoba berinvestasi pada bisnis Arumi. Namun Arumi selalu menolak. Bisnis Arumi sedang booming, sedangkan Cik Tanti terpuruk karena terlilit pinjaman bank. Arumi mampu melunasi pinjaman bank keluarga Pandu sehingga bisnis parfum Pandu bisa terus berjalan.

Saya tidak suka bagian ini sedikit pun. Lalu kenapa Bu Tanti harus dihukum dengan mengembalikan uang tersebut? Tanpa uang Cik Tanti pun, ceritanya bisa menarik. Kegagalan Chick Tanti dan keberhasilan Arumi membantu bisnis keluarga ayahnya menjadikan kisah ini berharga.

Novel diakhiri dengan epilog dimana calon Arumi berziarah ke makam Kinanti bersama Bagas (Tionghoa), suami Arumi. Aku senang Rina memilih Arumi dan Bagas sebagai suami istri. Dengan keputusan tersebut, Rina tidak merasa didiskriminasi. Arumi tidak membenci orang Tionghoa karena sikap keluarga ayahnya, terutama Chik Tanti terhadap keluarga Pandu.

Melalui buku ini, Rina mengajak pembaca untuk tidak menyerah pada tantangan masa depan seperti Kinanti. Rina mengajak pembaca memikirkan keberanian Arumi dalam bekerja keras.

Judul: Nonik Jamu

Pengarang: Rina Suryakusuma

Diperbarui: 2024

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Ukuran: 272

ISBN: 978-602-206-7735-4

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours