Teori Perkawinan Ganda, Ilmuwan Ungkap Motif Baru Wanita Selingkuh

Estimated read time 3 min read

JAKARTA – Penipuan tidak selalu dilakukan oleh laki-laki. Dalam beberapa kasus, perempuan juga terbukti tidak setia. Tak sekadar berdasarkan asumsi, mereka terang-terangan mengakuinya saat menyikapi penelitian ilmiah.

Menariknya lagi, alasan wanita selingkuh tidak selalu soal materi. Para peneliti menemukan bahwa wanita selingkuh karena mereka menginginkan “gen yang baik” untuk anak-anak mereka. Hal ini dikenal dengan teori pernikahan jamak.

Faktanya, perempuan mencari pasangan yang menarik untuk memperbaiki anak-anak mereka, namun tetap memilih pasangan sah mereka yang merupakan orang tua yang lebih baik. Namun ada pula responden yang mengungkapkan bahwa alasan selingkuh adalah rasa bosan atau kurangnya perhatian dari pasangannya.

Diberitakan Daily Mail, Rabu (31/7/2024), studi tentang motivasi perempuan melakukan selingkuh dilakukan peneliti Australia dan Inggris dengan melibatkan 254 responden heteroseksual, 116 di antaranya adalah perempuan. Para peneliti meminta mereka untuk menilai ketertarikan fisik, pribadi, dan orang tua terhadap kedua pasangan.

Peserta diminta menilai daya tarik fisik mereka dengan mengatakan, “Dia terlihat sangat seksi”, “Saya tidak suka penampilannya”, atau “Dia agak jelek”.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Evolution and Human Behavior ini menemukan bahwa perempuan menilai daya tarik fisik pasangannya 1,93 poin lebih tinggi dibandingkan pasangan sahnya. Pada saat yang sama, minat orang tua lebih rendah 3,33 poin.

Temuan ini mendukung teori poligami di mana perempuan berbuat curang untuk mendapatkan gen yang baik sambil mengandalkan pasangan pertamanya untuk menjadi orang tua yang baik. Namun, para peneliti mengatakan mereka tidak menemukan bukti bahwa partisipan memilih pasangan yang selingkuh dibandingkan pasangan jangka panjang mereka.

“Perselingkuhan adalah taktik yang mendukung berbagai strategi evolusi, termasuk memperoleh sumber daya tambahan, berpindah ke pasangan utama baru, dan, khususnya dalam penelitian kami, memperoleh keuntungan genetik untuk keturunannya,” Macon Murphy, mahasiswa PhD Universitas. Melbourne. Dia mengatakan kepada Psypost.

“Namun, meskipun manusia berevolusi untuk berbuat curang, bukan berarti kita harus berbuat curang, dan kebanyakan orang tidak melakukannya.”

Temuan ini mencerminkan penelitian sebelumnya yang dilakukan peneliti Harvard yang juga menunjukkan bahwa penipuan yang dilakukan salah satu pasangan bisa bergantung pada ketampanan pasangannya.

Dalam studi baru tersebut, para peneliti juga berspekulasi bahwa perselingkuhan mungkin disebabkan oleh teori pergantian pasangan, yaitu ketika seorang wanita mencoba memperbaiki keadaan dengan orang lain, bukan dengan pasangannya saat ini.

Meski sebagian wanita menyebut hal ini sebagai alasan selingkuh, namun hasil menunjukkan bahwa hal tersebut bukanlah alasan utama. Peneliti mengatakan beberapa wanita mengatakan mereka selingkuh karena bosan. Sementara yang lain mengatakan mereka membalas dendam sebagai respons atas perselingkuhan pasangannya. Banyak wanita melaporkan bahwa mereka tidak bahagia dengan hubungan mereka, termasuk perasaan diabaikan, tidak bahagia, dan kurangnya dukungan emosional.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours