Terbongkar Jumlah Sebenarnya Korban PHK Industri Tekstil, Angkanya Fantastis

Estimated read time 2 min read

JAKARTA – Jumlah tenaga kerja industri tekstil yang berstatus profesional awam (PHK) disebut melebihi data pemerintah sepanjang tahun 2023. Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Filamen Indonesia (APSyFI), Redma Gita Wirawasta mengatakan, berdasarkan Data yang dihimpun organisasinya, jumlah karyawan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) yang terkena PHK mencapai 100.000 orang.

Menurut Gita, pemerintah menyebutkan sekitar 150.000 orang tertampung akibat inefisiensi atau penutupan pabrik industri pada tahun 2023. Namun, dia menyebut fakta di dalam negeri melebihi angka keseluruhan yang disebutkan.

“Pada tahun 2023, data resmi pemerintah menyebutkan akan ada sekitar 150.000 pengirim. Perkiraan kami, ada lebih dari 500.000 orang yang terdaftar, dengan kontrak yang diputus dan pulang lebih awal,” kata Gita kepada MPI, Jumat (14). 2024).

Diedit, badai utusan ini sudah terjadi setelah akhir tahun 2022. Sejumlah faktor seperti dampak konflik perang Rusia-Ukraina yang mengakibatkan menurunnya permintaan produk TPT Indonesia. penyebab

“Lapisan telah berjatuhan sejak tahun 2022, yang memicu perang Ukraina-Rusia, yang menyebabkan penurunan sumber daya yang harus diperoleh di Eropa dan Amerika, sehingga perusahaan-perusahaan yang berorientasi ekspor mengalami kesulitan dalam penjualan dan akhirnya mengurangi produksi yang diikuti dengan pengurangan pekerja; ” jelas Gita.

Gita melanjutkan, situasi tersebut diperburuk dengan masuknya produk TPT impor legal dan ilegal dari Tiongkok hingga masuk ke pasar lokal di Indonesia. Situasi tersebut diperburuk dengan maraknya impor murah dari Tiongkok, baik legal maupun ilegal, ke pasar dalam negeri seiring dengan tersingkirnya Tiongkok dari kondisi global, kata Gita.

Ia mengatakan, pertumbuhan industri TPT hanya akan berada di angka -2% pada tahun 2023. “Banjir impor ini mengakibatkan pasar dalam negeri dipenuhi dengan barang-barang impor yang murah sehingga produk dalam negeri kalah bersaing, dan berakibat pada anjloknya produksi hingga hanya terpakai sekitar 45%, lalu terjadi PHK,” ujarnya.

Ia juga mengatakan, situasi industri TPT dalam negeri saat ini adalah penutupan pabrik sehingga ia harus menutup usahanya. “Sekarang trennya bukan lagi PHK tapi penutupan pabrik, karena perusahaan sekarang bekerja sama dengan buruh yang lain, sehingga buruh dan pabrik tutup bersamaan,” ujarnya.

Lebih lanjut, Gita mengungkapkan tren industri TPT adalah melakukan exit from the business, selama pemerintah tetap menjaga masukan bagi importir.

Situasi ini akan terus berlanjut hingga pemerintah ada rencana untuk memperbaiki pasar, selama pemerintah masih berpihak pada pedagang importir maka tren penutupan pabrik ini akan terus berlanjut, kata Gita.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours