Teriakan yang membawa Aurelia Salsabila ke final

Estimated read time 5 min read

Medana dlbrw.com – Bagi pebulu tangkis, berteriak usai memenangi pertandingan tak hanya menambah rasa percaya diri, tapi juga membuat mental lawan menjadi takut.

Memiliki rasa percaya diri yang baik membuat bermain di lapangan tidak terlalu membuat stres. Permainan terbaik akan muncul untuk memberikan Anda peluang besar untuk menang.

Hal itu dilakukan Aurelia Salsabil, pemain tunggal putri asal Jawa Timur yang lolos ke putaran final Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh dan Sumut 2024.

Berstatus unggulan, Aurelia membuktikan bahwa unggulan turnamen hanya sekedar ranking di atas kertas.

Deli Serdang kalah 19-21, 14-21 dari unggulan kedua Aura Ihza Aulia asal Jawa Tengah dalam waktu 57 menit pada laga semifinal GOR PBSI Sumut, Rabu.

Dia mendapatkan pengalaman dari Aura yang lebih muda. Meski tergolong pemain yang belum lolos di PON kali ini, pada April lalu Aurelia berhasil menjadi Juara Internasional Malta 2024 dan Finalis Nasional Selecn dua tahun lalu.

Aura kehilangan kontak. Usai pertandingan, matanya masih kosong, bertanya-tanya kenapa dia kalah.

Di sisi lain, Aurelia bermain hingga akhir wawancara dengan reporter dan terlihat sangat tenang dan santai.

Aurelia memenangkan pertarungan memperebutkan tiket tertinggi partai dengan teriakannya.

Aurelia mengatakan kepada wartawan seusai pertandingan, “Jika saya tidak berteriak, udara saya belum tentu ada, tidak akan ada. Sudah ada sejak saya masih kecil.”

Aurelia terinspirasi dari pemain tunggal putri Spanyol yang saat ini menduduki peringkat ketiga dunia, Carolina Marin.

Marin berteriak keras saat dia berkompetisi. Pebulu tangkis berusia 31 tahun itu mengungkapkan bahwa berteriak merupakan reaksi alami tubuhnya.

Itu adalah kualitas yang selalu membuatnya merasa lebih percaya diri dalam berkompetisi. Adapun lawan-lawannya yang kesal dengan teriakan tersebut, ia hanya mengatakan “itu bukan masalah saya, itu masalah mereka”.

Saat kemenangan sudah hampir di depan mata, Aurelia kembali melakukan selebrasi di poin-poin terakhir game kedua.

Aurelia merayakan hal ini dengan menyebut pelatih center Jawa, Hayom Rumbak, yang pernah melatihnya saat masih menjadi mahasiswa Persatuan Bulu Tangkis (PB) Jarum.

Pebulu tangkis berusia 20 tahun itu berkata: “Mass Hayom juga pernah menjadi pelatih saya sebelumnya, jadi dia melatih grup saya, jadi saya selalu memastikan bahwa jika saya bisa, saya ingin membuktikannya kepada pelatih saya sebelumnya.”

“Aku hanya berjanji pada diriku sendiri, aku hanya ingin meneriakkan satu hal, tapi dia menoleh ke Masa Hayom. Akhirnya terjadi,” imbuhnya.

Anda tidak ingin kalah karena cedera

Petaka menimpa Aurelia Salsabil jelang Kejuaraan Dunia Junior BWF (WJC) 2022.

Dia terjatuh dari tangga. Saat mempersiapkan Kejuaraan Dunia Junior di Pelatnas PBSI di Sipaung, ia mengalami cedera engkel serius tak lama setelah mengalahkan Mutiar Aya Puspitasari 15-21, 19-21 di tingkat Nasional 2022.

“Oke, setelah final, karantina, persiapan WJC. Musim gugur. Siap. Jatuh di Sipaung sebelum berangkat,” kata Aurelia.

Cedera ini menjadi kekecewaan baginya karena karir bulu tangkisnya yang seharusnya menyenangkan orang tuanya kini terancam.

Dia tidak tahan dengan rasa sakitnya, dia tidak tahan dengan kekecewaannya. Ia kemudian menelepon orang tuanya dan meminta mereka keluar dari karantina sebelum persiapan WJC.

“Nah setelah itu saya terjatuh, saya terjatuh, lalu saya bertanya kepada orang tua saya kenapa saya lelah, saya tidak tahan, saya hanya ingin keluar, saya bisa keluar,” imbuhnya.

Ia kembali ke Surabaya dan hasil MRI (Magnetic Resonance Imaging) dokter menunjukkan kakinya patah. Ia harus menjalani operasi dengan peluang sembuh sebesar 85 persen, yang bukan merupakan pilihan terbaik baginya memasuki usia pasca berprestasi.

“MRI. Hasilnya benar-benar hancur. Dan harusnya memang harus dioperasi, kalaupun dipalsukan dengan suntikan, tidak akan berhasil,” kata Aurelia.

“Kalau operasinya sudah 85 persen, nggak akan berhasil. Akhirnya kata mamaku, yasudahlah, tidak perlu dioperasi. Kata dokternya juga, baiklah, aku kasih waktu 5 tahun, tapi kemudian kamu harus melakukan operasi itu.” operasi karena ini serius,” katanya. Aurelia Salsabil dari Jawa Timur bersaing dengan Aura Ihza Aulia dari Sumatera Utara (PON) Jawa Tengah pada laga semifinal PON XXI pada 21-19, 21-14. (ANTARA/Pesanan Naufal)

Ia memilih jalan berbeda, salah satunya mengunjungi Arief Setiawan Sports Injury Massage (SIM).

Otot-ototnya yang tegang mengendur. Dan itu membuatnya bangkit kembali setelah tiga bulan cedera. “Ini seperti pelepasan otot, tetapi memiliki efek yang sama.”

Namun pengobatan ini hanya menghilangkan rasa sakitnya untuk sementara. Sesekali rasa sakit di kaki kembali muncul. Total, ia mengunjungi MCO ternama Arief Setiawan di Semarang sebanyak lima kali.

Turnamen pertamanya setelah mengalami cedera serius adalah di Nganjuka pada tahun 2022. Di sana, debutnya diakhiri dengan trofi juara setelah mengalami cedera. Kontes tersebut perlahan-lahan mengatur ulang kariernya.

Setelah itu, ia biasa mengikuti kompetisi tingkat provinsi se-Jawa Timur dan berhasil meraih podium tertinggi.

Motivasinya untuk bangkit adalah Karolina Marin yang pantang menyerah setelah cedera lutut serius yang memaksanya mengubur mimpinya di pentas Olimpiade Tokyo 2020.

Malta International Series 2024 April lalu membuktikan Aurelia mampu bertahan di fase sulit kehidupan.

Ia menjadi satu-satunya wakil Indonesia dan menang 23-21, 21-17 melawan Frederikke Lund dari Denmark.

Ingin menggantung raket dengan emas

Sayangnya, setelah PON 2024 berakhir, Aurelia tak lagi terlihat beraksi karena memilih untuk mempertaruhkan nyawanya demi keluarga.

Salah satu faktornya adalah cedera kaki yang tidak kunjung membaik malah semakin parah. Ada faktor kuat lain yang tak bisa diungkapkan Aurelia di balik keputusannya pensiun dini.

Sausan Dwi Ramadhani dari Jawa Tengah akan menentukan apakah raket gantung Aurelia akan meraih emas atau perak di final GOR PBSI Sumut Deli Serdang, Kamis.

Yang jelas untuk mencapai platform tinggi, dia siap mencapai apa pun. Selain itu, ujian yang hanya muncul di PON 2024 juga tidak mudah. Dua minggu sebelum dimulainya kompetisi bulu tangkis di ajang empat tahunan tersebut, cederanya kambuh setelah terjatuh.

Namun Aurelia tidak menyerah karena perjuangannya sudah keterlaluan.

Ia bertekad untuk berlaga di PON 2024, empat tahun pertama dan terakhirnya di bidang atletik. Ia ingin mengakhiri karir bulu tangkisnya dengan anggun dan bangga.

Pada laga final, tugasnya adalah berusaha semaksimal mungkin di lapangan. Selebihnya ia serahkan kepada Tuhan yang mengatur jalan hidupnya.

“Kalau mati pun nggak enak. Ini yang terakhir, nggak mau ngedorong seperti ini. Gak masalah kalau sakit, mau apa pun, dorong,” kata Aurelia.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours