Tiga Gelombang Serangan Banten, Cirebon dan Demak ke Pakuan Tamatkan Kerajaan Pajajaran

Estimated read time 2 min read

Kerajaan Pajajaran terkenal dengan kekuatannya. Bahkan ketika mereka menyerang dan berusaha menaklukkan Kerajaan Banten, mereka tetap saja kewalahan. Banten harus menyerang sebanyak tiga kali untuk menguasai Istana Pajajaran, peninggalan Prabu Siliwangi.

Menariknya, Kerajaan Banten tidak menyerang Pajajaran sendiri, melainkan mencari bantuan dari aliansi Kesultanan Demak dan Cirebon. Tentu yang dianggap absurd adalah bagaimana kekuasaan Pajajaran digambarkan setelah sisa-sisa kejayaannya.

“Serangan gabungan ketiga kerajaan Islam inilah yang akhirnya mengakhiri perlawanan Kesultanan Pajajaran di tanah Sunda,” petikan buku “Pajajaran Hitam Putih: Kejayaan Runtuhnya Kerajaan Pajajaran”.

Kuatnya pertahanan benteng Pajajaran yang dibangun oleh Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi membuat pasukan Banten mundur dan mundur. Namun penyerangan tersebut membuat Kerajaan Pajajaran yang saat itu diperintah oleh Ratu Dewata hancur lebur sepeninggal Raja Surawisesa.

Pasalnya, dua anak buah Pajajaran yang terkenal dan disegani, Tohaan Ratu Sarendet dan Tohaan Ratu Sangiang tewas di medan perang. Perlahan-lahan, dukungan terhadap kerajaan kecil di bawah Pajajaran mulai hilang.

Ini menjadi kesempatan lain bagi Banten untuk kembali menyerang Pakuan. Lebih lanjut, hal ini semakin diperkuat ketika raja diabaikan oleh masyarakat karena tidak peduli terhadap kesejahteraan rakyatnya.

Menurut catatan sejarah, terjadi tiga kali penyerangan terhadap Bant di Pakua, ibu kota Pajajaran. Penyerangan ini dilakukan pada masa pemerintahan Ratu Dewata atau setelah turunnya Surawisesa.

Menurut catatan sejarah, penyerangan ini terjadi pada tahun Masehi. Diperkirakan terjadi antara tahun 1535 dan 1543 dan menyebabkan dua warga kerajaan tewas. Serangan kedua terjadi pada masa pemerintahan Raja Nilakendra, antara tahun 1551 dan 1567.

Dalam suatu bacaan diceritakan “Alah prengrang mangka tan nitih ring kadat-wan” yang artinya kalah dalam peperangan sehingga tidak tinggal di istana. Diserang tentara Bant, Raja Nilakendra harus melarikan diri dari istana ke daerah selatan Sukabumi.

Serangan ketiga ini diyakini benar-benar mengakhiri sejarah Kerajaan Pajajaran karena Pajajaran dipimpin oleh Ragamulya. Dimana beliau merupakan raja Pajajar terakhir yang bertahta pada tahun 1567 hingga tahun 1579.

Namun, ia memindahkan pusat pemerintahan ke Pulasari, Pandeglang, bukan lagi ke Pajajara di ibu kota Pakuan yang dihancurkan Banten pada serangan kedua.

Namun pada akhirnya serangan Maulana Yusuf dari Kerajaan Banten menghancurkan Kerajaan Pajajaran sepenuhnya. Raja Prabu Ragamulya Suryakancana dibunuh oleh tentara Banten di Pulasari, Pandeglang.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours