Tiket Mahal, DPR Minta Pelita Air Terbang ke Kaltim dan Kaltara

Estimated read time 2 min read

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Anggota Komisi 6 DPR Dedi Situros menyoroti tingginya jumlah tiket penerbangan ke Kalimantan Timur (Kaltim) dan Kalimantan Utara (Kaltara). Dedi berharap hal ini menjadi perhatian perusahaan pelat merah yakni Garuda Group Indonesia. 

“Masalahnya penerbangan kita mahal, maaf, apalagi ke Kalimantan Timur atau Kalimantan Utara,” kata Dedi saat rapat kerja dengan Menteri BUMN Eric Tuhir di Gedung DPR, Jakarta, Jumat (7/6/2024). .

Dedi mengatakan, biasanya harga tiket dua provinsi ini kurang dari Rp 1 juta per orang. Namun kini meningkat menjadi 2,8 juta rubel per orang. “Tidak hanya mahal, tapi juga sulit didapat. Butuh waktu sebulan untuk mencari tiket pulang pergi dari Jakarta (ke sana),” kata Dedi. 

Dedi mengaku kesulitan menyampaikan hal tersebut kepada manajemen Garuda dan Citilink. Namun keduanya tak bisa berbuat banyak karena keterbatasan jumlah pesawat.  Politisi PDIP itu melanjutkan, “Saya sudah bicara dengan Garuda dan Citylink, apakah Pletta Air bisa masuk, permintaannya banyak.” 

Dedi, yang berasal dari daerah Kalimantan Utara, mengatakan kedua provinsi tersebut merupakan pasar potensial bagi maskapai tersebut. Pasalnya, banyak proyek strategis nasional (PSN) termasuk ibu kota negara Indonesia (IKN) yang membutuhkan konektivitas pesawat. “Kita harus lihat apakah Plyta Air bisa diundang ke sana, karena masyarakatnya menangis. Kalau swasta (maskapai penerbangan) sama sekali tidak mau ikut, sehingga harga tiketnya maksimal, akhirnya mobilitas akan terganggu. kata Dedi. 

Di tempat yang sama, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan penerbitan tiket pesawat merupakan tanggung jawab bersama seluruh pemangku kepentingan. Garuda Group kini lebih fokus melayani penerbangan domestik, namun masih terkendala keterbatasan pesawat, kata Eric. 

Kenyataannya kita hanya punya 400 pesawat, padahal kebutuhan nasional 700 pesawat. Itu kenyataan yang kita hadapi saat ini, kata Eric. 

Eric mengatakan upaya peningkatan ketersediaan pesawat memerlukan sinergi dengan pihak lain, termasuk Kementerian Perhubungan (Common Hub). Untuk itu, Eric mendesak agar rancangan Undang-Undang (RUU) BUMN diinisiasi oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk segera dilaksanakan.

Eric mengatakan, keberadaan RUU BUMN akan mengurangi hambatan birokrasi antara Kementerian BUMN dengan kementerian lain dalam mengatur dan mengawasi operasional BUMN. Eric pun mengamini instruksi Komisi 6 yang ingin roadmap Kementerian Teknologi menyertakan Kementerian BUMN. 

Menurut Komisi 6, Kementerian BUMN merupakan pengembang pemerintah dalam pengelolaan BUMN, lanjut Eric. Tak hanya itu, Kementerian BUMN juga diharapkan bisa lebih memahami situasi BUMN dan bersentuhan langsung dengan masyarakat dan pasar. 

“Solusi di BUMN salah satunya adalah solusi di RUU BUMN yang bisa didorong dengan rendah hati. Kalau ada opsi konsultasikan dengan Komisi VI dan Komisi. 

 

 

 

 

 

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours