Tim dosen Unsoed dukung petani budidaya stroberi ramah lingkungan

Estimated read time 4 min read

Purwokerto dlbrw.com – Tim pengajar Departemen Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto memberikan dukungan kepada para petani di Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, untuk menanam stroberi ramah lingkungan. lingkungan melalui pelatihan pengomposan dan pengendalian hayati.

“Pendidikan yang merupakan bagian dari pengabdian kepada masyarakat adalah penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung kepada masyarakat secara kelembagaan melalui metodologi keilmuan sebagai penyebarluasan Tri Dharma Perguruan Tinggi dan merupakan tanggung jawab mulia dalam upaya mengembangkan keterampilan masyarakat”, kata Tak Tergantikan. Juru Bicara Tim Pengajar Okti Herlina di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Sabtu.

Dalam hal ini beliau bersama dua guru lainnya yaitu Sapto Nugroho Hadi dan Wilis Cahyani melakukan kegiatan pengabdian masyarakat berbasis penelitian dengan sasaran mitra kegiatan Kelompok Tani Sida Urip di desa Serang kecamatan Karangreja kabupaten Purbalingga.

Menurutnya, lokasi Desa Serang yang berada di kaki Gunung Slamet, dengan ketinggian sekitar 650-1600 meter di atas permukaan laut (MSL) dan curah hujan dengan intensitas tinggi sekitar 6,24 mm serta suhu rata-rata 20 derajat Celcius, menjadikannya pusat budidaya berbagai produk hortikultura.

Padahal, kata dia, stroberi merupakan salah satu produk premium yang ditanam sejak tahun 2002 dan menjadi cikal bakal terciptanya agrowisata Desa Wisata Lembah Asri Serang (DLAS).

Namun sejak tahun 2016, produksi stroberi mulai menurun akibat mahalnya harga benih dan pupuk kimia sintetis, adanya hama dan penyakit, serta menurunnya kesuburan tanah akibat penggunaan bahan kimia pertanian yang terus menerus, ujarnya.

Terkait hal tersebut, ia mengatakan tim guru agroteknologi menawarkan solusi permasalahan yang dihadapi Kelompok Tani Sida Urip sebagai wadah bagi petani stroberi untuk mengkoordinasikan kegiatan pertanian.

Menurutnya, upaya memanfaatkan sumber daya lokal untuk mendukung kegiatan budidaya stroberi dengan menggunakan pupuk hayati dan biopestisida agar lebih ramah lingkungan dan hemat biaya dalam produksi merupakan tantangan yang perlu segera direspon agar budidaya Stroberi di Desa Serang dapat dilaksanakan. dihidupkan kembali. dan meningkat. produksinya.

“Tujuan dari kegiatan pengabdian masyarakat berbasis penelitian ini adalah untuk memberikan pelatihan produksi pupuk dan pestisida organik, pendampingan praktik produksi pupuk dan pestisida organik, meningkatkan keterampilan dalam pemeliharaan tanaman stroberi, serta meningkatkan produksi stroberi dan pendapatan kelompok,” dia menjelaskan. .

Lebih lanjut Okti mengatakan, berdasarkan observasi lingkungan sekitar lahan tempat tumbuh stroberi dan wawancara dengan anggota Kelompok Tani Sida Urip, sumber daya tanaman yang dapat dijadikan bahan pembuatan pupuk organik banyak tersedia di Desa Serang.

Menurut dia, sumber tanaman tersebut terdiri dari sisa pakan tanaman sayuran, tanaman bunga bulan (Tithonia diversifolia), daun-daun tua, batang pisang, dan kotoran kambing.

“Bahan ini mengandung unsur hara N, P, K dan bahan organik yang dibutuhkan sebagai unsur hara untuk menunjang pertumbuhan tanaman,” ujarnya.

Ia mengatakan, sumber daya tanaman untuk mendukung pengendalian hama dan penyakit tanaman dapat diperoleh dari rimpang, daun jamur, daun pepaya, dan daun tembakau.

Menurutnya, pengendalian hayati berbasis mikroba dan jamur Trichoderma sp dan Beuvaria sp juga dapat digunakan sebagai pestisida organik.

“Sekitar 40 petani berpartisipasi dalam peningkatan kesadaran, pelatihan produksi kompos dan lembaga organik untuk pengendalian hama dan penyakit stroberi,” ujarnya.

Lebih lanjut, kata dia, demplot budidaya stroberi didirikan untuk menunjukkan bahwa alih teknologi yang diberikan dapat mengimbangi kegiatan budidaya stroberi konvensional.

Menurutnya, hasil dari kegiatan pendampingan tersebut menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani dalam produksi pupuk dan pestisida organik berbasis agens hayati.

“Dari segi hasil, hal ini juga menunjukkan bahwa penggunaan teknologi ramah lingkungan mampu bersaing dengan penggunaan bahan kimia pertanian. Budidaya stroberi secara konvensional dengan pupuk NPK (dengan perbandingan 16:16:16) menghasilkan produksi sebesar 37,45 kilogram per buah. bedengan, dengan menggunakan teknologi kompos dan aplikasi pestisida. Produk organik 38,69 kilogram per bedengan, luas bedengan 100 meter persegi, kata Okti.

Ketua Kelompok Tani Sida Urip Setiawan mengatakan kegiatan pelatihan ini sangat bermanfaat bagi petani stroberi di desa Serang.

“Pelatihan ini meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam mengolah limbah pertanian dan peternakan menjadi pupuk organik, sehingga tidak lagi bergantung pada pupuk sintetis,” ujarnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours