Tim Mahasiswa UGM olah limbah kotoran sapi jadi batako

Estimated read time 2 min read

Yogyakarta (ANTARA) – Sekelompok mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) mencetuskan ide inovatif mengubah kotoran sapi menjadi batu bata sebagai upaya menjaga lingkungan sekaligus meningkatkan perekonomian masyarakat.

Anggota Kelompok Mahasiswa UGM Dinda Ramadhan dalam keterangannya di Yogyakarta, Senin, mengatakan pengelolaan sampah bekerjasama dengan karang taruna di Padukuhan Kulwaru, Kulon Progo, daerah istimewa Yogyakarta.

“Program tersebut berhasil menjaring masyarakat dan mendapat respon positif sebagai sebuah inovasi,” kata Dinda.

Dinda menjelaskan, masyarakat Padukuhan Kulwaru kerap menghadapi kendala dalam pengolahan kotoran sapi, padahal merupakan salah satu desa dengan pemanfaatan pertanian dan peternakan tertinggi.

– Ditambahkannya, kotoran sapi yang dihasilkan sehari-hari tidak diolah dengan baik sehingga menyulitkan masyarakat untuk menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan.

Menurut dia, rata-rata sapi mampu menghasilkan kotoran 8-10 kg per hari atau 2,6-3,6 ton per tahun.

Hasilnya, peternakan bisa menghasilkan lebih dari 100 kilogram sampah per hari.

Oleh karena itu, kata dia, penemuan baru batu bata kotoran sapi yang diberi nama “Bata Bawono” hadir menjadi pilihan baru dalam pengolahan limbah tersebut.

“Produksi Batako Bawono mampu menyerap hingga 61,8 persen dari total limbah proses produksi,” ujarnya “Setiap hari.”

Melihat respon positif masyarakat, Dinda dan tim berkomitmen untuk semakin memperkuat masyarakat dalam program Batako Bawono.

Ia kemudian mengatakan, Karang Taruna Karya Muda Wetan yang ikut aktif dalam program tersebut akan dilatih untuk membangun bisnis batu bata dan mortir Bawono.

Selain itu, karang taruna juga berencana menjadi pusat pembelajaran pembuatan kotoran sapi dan kotoran sapi di Yogyakarta.

Delapan puluh persen masyarakat Padukuhan Kulwaru berprofesi sebagai petani dan peternak, kata Dinda.

Menurut dia, jenis hewan ternak yang ada di desa tersebut bermacam-macam, seperti sapi, kambing, ayam, ikan, nila, dan sapi.

Masyarakat setempat juga mengetahui adanya pengolahan kotoran sapi menjadi pupuk organik.

– Sayangnya, solusi ini tidak cukup untuk mengolah seluruh kotoran sapi yang dihasilkan.

Inovasi tersebut diprakarsai oleh kolaborasi mahasiswa dari tiga program studi UGM: teknologi kedokteran hewan, ilmu peternakan dan industri, serta manajemen infrastruktur sipil dan teknik keperawatan.

Inovasi dan kekuatan masyarakat Batako Bawono diakui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Bidang Pengabdian kepada Masyarakat.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours