Tim Riset UKWMS Kembangkan Mesin Produk Silase, Komoditas Pakan Ternak Meningkat

Estimated read time 3 min read

SURABAYA – Kelompok peneliti Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS) berhasil menciptakan mesin produksi silase. Penemuan mesin yang didukung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada platform Kedaireka ini merupakan jawaban terhadap kebutuhan ketersediaan pangan bagi ternak ruminansia seperti sapi, kambing, dan kerbau yang sebagian besar mengalami krisis pakan pada musim kemarau.

Baca juga: Kemendikbud hadirkan inovasi transportasi dan teknologi dari kampus hingga industri

Kegiatan kerjasama antara perguruan tinggi dengan mitra Dewan Pengusaha Industri (DUDI) dalam hal ini PT Agro Indah Permata 21 juga mendukung program kegiatan Kampus Merdeka Belajar (MBKM), khususnya magang industri bagi mahasiswa.

Berbekal sejarah penelitian dan pengembangan yang berkelanjutan di bidang teknologi tepat guna pengolahan pasca panen, tim peneliti yang terdiri dari dosen Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, Hadi Santosa dan Yuliata, melakukan perancangan dan konstruksi teknologi otomasi untuk pengolahan pasca panen. proses pembuatan silase dari biomassa batang sorgum.

Baca juga: Pendidikan Tinggi dan Inovasi Karir untuk Mendukung Kemandirian Produk Rumah Tangga

Teknologi tersebut meliputi teknologi pemotongan batang sorgum (chopper), peralatan penyemprotan dan pencampuran larutan mikroorganisme (spraying and mixing) serta mesin pengemas yang terintegrasi dalam satu lini produksi.

“Mitra usaha DUDI di dunia industri belum mampu memenuhi kebutuhan silase pakan ternak karena keterbatasan kapasitas dan teknologi dalam proses produksi silase pakan ternak,” kata Hadi Santosa, Kamis (25/07/2024).

Baca juga: Kemendikbud luncurkan Matching Fund 2024 dengan skema multiyears

Dijelaskan, beberapa pekerjaan dalam proses produksi masih dilakukan secara manual, misalnya teknologi/kapasitas mesin pencacah yang hanya mempunyai kapasitas maksimal sekitar 7-8 ton per hari sedangkan permintaan pasar mencapai sekitar 0 ton/hari.

Pencampuran merupakan proses pencampuran hasil pencacahan batang sorgum yang masih dilakukan dengan menggunakan tangan. dan penyemprotan mikroorganisme cair menggunakan alat penyemprot panggul serta proses pencampuran cacahan batang sorgum dengan mikroorganisme cair untuk proses fermentasi masih dilakukan secara manual dengan alat sederhana seperti sekop atau garpu.

“Hal ini jelas tidak efisien karena sepenuhnya mengandalkan tenaga manusia dan sangat mungkin terjadi pencampuran yang tidak merata antara pencampuran bahan potong dengan larutan mikroorganisme sehingga mempengaruhi hasil fermentasi dan kualitas pakan ternak. silase.

Sebelumnya, mulai tahun 2020, PT Agro Indah Permata 21 (PT AIP 21) mulai mengembangkan biomassa dari pakan batang sorgum menjadi pakan silase/ruminansia.

Namun saat ini Mitra Dunia Usaha Industri (DUDI) belum mampu memenuhi kebutuhan silase pakan ternak karena keterbatasan kapasitas dan teknologi dalam proses produksi silase pakan ternak.

Sejak tahun 2014, PT AIP telah mengembangkan 21 tanaman sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) di lahan ± 200 hektar yang tersebar di wilayah Banten, Subang dan Majalengka. Biji sorgum diolah menjadi makanan berupa tepung sorgum dan beras.

Selain bijinya, hijauan (biomas) batang sorgum bisa mencapai 44-55 ton per hektar yang bisa dijadikan bahan baku pakan ternak.

Pada bulan Desember 2020, PT AIP 21 mulai mengembangkan biomassa dari batang sorgum menjadi pakan silase/ruminansia. Permintaan pasar saat ini mencapai ±50 ton/hari dan peluang usaha semakin meningkat, dimana harga silase untuk pakan ternak sekitar Rp. 1600,00 – 2000,00 Rp/kg.

Namun mitra DUDI saat ini belum mampu memenuhi kebutuhan pakan ternak karena keterbatasan kapasitas dan teknologi dalam proses produksi pakan ternak. Berbagai pekerjaan dalam proses produksi yang semula masih dilakukan secara manual, seperti teknologi/kapasitas mesin pencacah. yang hanya berkapasitas maksimal ± “Proses pencacahan batang sorgum per hari 7-8 ton, proses mixing dan bagging sudah beralih ke teknologi produksi mesin,” lanjut Yuliati.

Dengan penerapan mesin serangkaian paket teknologi pada kondisi pabrik saat ini di PT AIP 21, lanjut Yuliati, maka produksi pakan ternak bisa meningkat antara 40 hingga 50 ton per hari. “Selain itu, pangan akan tersedia meski musim kemarau,” ujarnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours