Timur Tengah Memanas, Rupiah Melemah Diguncang Rudal Iran ke Israel

Estimated read time 3 min read

JAKARTA – Nilai tukar rupiah kembali ditutup sebesar 62 poin atau 0,41 persen menjadi Rp15.268 pada perdagangan hari ini setelah sempat start pada Rp15.206 per dolar AS.

Kepala pasar keuangan, Ibrahim Assuaibi, mengatakan dolar AS terbebani oleh kekhawatiran bahwa konflik di Timur Tengah bisa berubah menjadi perang skala penuh setelah Iran menembaki Israel. Iran menembakkan lebih dari 180 rudal ke Israel pada hari Selasa, kata Israel, sebagai pembalasan atas kampanye Israel melawan sekutu Teheran, Hizbullah di Lebanon.

“Presiden Israel Benjamin Netanyahu bersumpah bahwa Iran akan menanggung kerugian atas serangan bersenjatanya terhadap Israel, sementara Teheran mengatakan bahwa setiap pembalasan akan ditanggapi dengan “kehancuran serius”, yang menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya perang besar. Presiden Amerika Serikat Joe Biden menunjukkan hal yang sama. dukungan penuh dari AS, sahabat lamanya, dan Dewan Keamanan PBB merencanakan pertemuan di Timur Tengah pada Rabu nanti,” tulis Ibrahim dalam ulasannya, Rabu (2/10/2024).

Fokus pasar saat ini tertuju pada data penggajian swasta AS yang akan dirilis pada hari Rabu, dan para pedagang juga khawatir mengenai perselisihan perburuhan di pelabuhan AS.

Pekerja dermaga di pantai Timur dan Teluk memulai mogok kerja pertama mereka dalam hampir 50 tahun pada hari Selasa, menghentikan aliran setengah dari transportasi laut negara tersebut, kata Ibrahim.

Selain itu, dalam debat hari Selasa di televisi di negara tersebut, Senator Amerika, JD Vance, Tuan Donald Trump dari Partai Republik telah memilih sebagai kandidatnya, menghadapi Gubernur Minnesota, Tuan Tim Walz, yang dicalonkan oleh Partai Republik. Kamala Harris dari Partai Demokrat sebagai kandidat ke-2, meskipun dalam acara ini. mendapat sedikit tanggapan dari pasar.

Dari sisi domestik, S&P Global melaporkan Indeks Manajer Pembelian (PMI) Manufaktur Indonesia terus turun di bawah 50, terutama sebesar 49,2 pada September 2024, meskipun indeks aktivitas manufaktur tercatat sedikit meningkat dari 48,9 pada bulan sebelumnya.

Kondisi produksi yang lambat tidak hanya terdapat di Indonesia, namun juga di negara lain. Seperti Tiongkok dan Australia, mereka juga merupakan bagian dari perjanjian tersebut. Negara-negara di kawasan Asia Tenggara juga ikut terpuruk. Misalnya, PMI manufaktur Vietnam turun dari 52 menjadi 47. Tidak hanya Vietnam, banyak negara di Eropa juga mengalami situasi yang sama, meski tidak sesulit Vietnam.

Baca juga: Banjir Masa Sulit Saat Iran Membombardir Israel dengan Ratusan Rudal

Meski PMI manufaktur Indonesia masih dalam resesi, namun situasi mulai membaik. Hal ini menunjukkan optimisme di kalangan pengusaha rumahan mulai meningkat dibandingkan beberapa bulan lalu. Hal ini menunjukkan adanya harapan di kalangan pengusaha bahwa terdapat peluang besar jika produksi kembali membaik.

“Sektor manufaktur Indonesia masih lesu akibat stagnasi perekonomian negara pada bulan September, sehingga tentunya perusahaan menyikapinya dengan mengurangi aktivitas pengadaan dan memutuskan untuk menggunakan inventaris untuk menghemat biaya dan meningkatkan efisiensi,” jelas Ibrahim.

Laporan S&P Global menjelaskan bahwa aktivitas industri manufaktur Indonesia terus menurun pada bulan September, mencerminkan penurunan lebih lanjut dalam output dan pesanan baru. Persediaan juga tampak sedikit lebih tinggi, sementara perusahaan mengurangi aktivitas pembelian sebagai respons terhadap penurunan permintaan pasar.

Baca juga: Iran Melancarkan Serangan Rudal Besar-besaran ke Israel

Berdasarkan data di atas, rupee pada perdagangan selanjutnya diperkirakan akan bergerak fluktuatif, namun juga ditutup melemah pada kisaran Rp 15.250-15.320 per dolar AS.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours