Tipu Daya VOC Belanda Kuras Ribuan Benda Pusaka Harta Karun Mataram

Estimated read time 3 min read

VOC Belanda menggunakan taktik cerdik untuk mengakhiri perlawanan Raja Mataram Sultan Amangkurat III dan merampas pusaka kerajaan yang berharga. Sunan Amangkurat bersama keturunan Untung Surapati melakukan perlawanan sengit terhadap VOC.

Perang tersebut tidak hanya melawan VOC saja, melainkan Sunan Amangkurat III yang berperang dengan Sunan Pakubuwana I dari Kartasura. Ketegangan ini membuat Amangkurat menjadi incaran Kartasur yang didukung pasukan VOC, Sampang dan Surabaya.

Sisa pasukan Untung Surapati di bawah panji Pasuruhan yang dipimpin oleh Adipati Suradilaga salah satu putra Untung Surapati terus membantu Sultan Amangkurat III dalam perangnya melawan Sunan Pakubuwa yang masih saudaranya sendiri.

Pemberian dukungan ini berarti sepeninggal Untung Surapati para prajurit Pasruhan harus memburu empat prajurit sekaligus, dikutip dari buku Untung Surapati: Melawan VOC Sampai Mati karya Pak Vintala Achmad.

Karena tekanan serangan yang terus-menerus, pasukan Sunan Amangkurat III melarikan diri ke arah Malang. Ia bersembunyi bersama ketiga putra Untung Surpati, Adhipati Suadilaga, Raden Tirthanata dan Raden Surpati.

Di Malang, mereka diserang oleh Pangeran Purbaya yang telah dinobatkan sebagai Adipati di Blitar. Pangeran Purbaya Sunan datang ke Malang dengan maksud untuk menangkap Amangkurat III dan merebut kembali harta warisan Kartasura.

Terjadi pertempuran sengit antara prajurit Kartasur dan prajurit Pasruhan di Malang. Kubu Pasuruhan akhirnya kalah, banyak panglimanya yang gugur di medan perang.

Di antaranya Ngabehi Lor, Ngabehi Kidul, Bunjaladria, Bunjalapinatya, Bunjalalodra Demang Lampung, Arya Jayaningrat, Rangagajaladri, Lembugadrug, Lembugiye, Lembuwansarenga dan Ki Lembupothapathi.

Kekalahan ini memaksa ketiga putra Untung Surpati mundur dari medan pertempuran. Sunan Amangkurat III yang mendengar kekalahan pasukannya dan mundurnya putra-putra Untang Surapati, melarikan diri bersama pasukannya ke puncak Bukit Dungul.

Kekalahan di Malang menunjukkan Amangkurat III sudah tak berdaya lagi. Para prajurit Pasruhan yang diharapkan dapat melindunginya dari serangan Kartasura hancur total. Akhirnya Amangkurat III meminta para pengikutnya untuk menyerah kepada Kartasura dan VOC.

Amangkurat III mengirimkan surat kepada VOC mengumumkan penyerahan dirinya. VOC kemudian berjanji akan diangkat kembali menjadi raja di Kartasura. Namun VOC rupanya punya rencana lain.

Tak lama kemudian, Adipati Blitar utusan Sunan Pakubuwa datang ke Bukit Dungul untuk meminta warisan seluruh Kasunan Kartasur dari Amangkurat III. Warisan tersebut antara lain pakaian Kiai Gondil, mangga Kiai Balabar, dan bande Kiai Bek.

Amangkurat III berjanji akan mengembalikan harta warisan tersebut jika kembali ke Kartasura. Setelah bertemu dengan Adipati Blitar, Amangkurat III berangkat menemui pimpinan VOC di Surabaya.

Namun di Surabaya, ia sadar telah ditipu. Bukannya dibawa ke Semarang untuk diangkat menjadi raja kembali, ia malah ditangkap dan dijebloskan ke penjara di Batavia.

Di penjara Batavia, Amangkurat III menghabiskan waktu bersama seluruh silsilah Kasunanan Kartasura yang “diambil” oleh VOC sebelum akhirnya diangkut ke Sri Lanka.

Sunan Amangkurat III menghabiskan sisa hidupnya di Sri Lanka dan meninggal pada tahun 1734 M. Sebaliknya keturunan Untung Surpati melarikan diri ke padang pasir untuk menghindari kejaran pasukan lawan.

Peristiwa itu menandai berakhirnya secara tragis kekuasaan Untung Surapati dan putra-putranya di Pasuruhan.

Dengan tipu daya liciknya, VOC tak hanya mengakhiri perlawanan Amangkurat III namun juga berhasil menghancurkan ribuan harta karun Mataram, meninggalkan jejak sejarah kelam dalam perjuangan melawan kolonialisme.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours