Trader: Kebijakan FCA Bikin Investor Cemas Bakal Kehilangan Likuiditas

Estimated read time 3 min read

JAKARTA – Pelaku pasar bereaksi negatif terhadap penerapan kebijakan lelang penuh berkala atau full Auction (FCA) yang dilakukan badan pemantau khusus Bursa Efek Indonesia (BEI). Oleh karena itu, investor terus meminta otoritas pasar saham untuk merevisi kebijakan tersebut.

Trade and Trading Coach, kata Michael Yeoh, kebijakan FCA membuat investor khawatir kehilangan uang. Ia mencontohkan, call Auction sebenarnya ada pada saat pre-open dan pre-close, namun permasalahan muncul saat full call Auction dimulai.

“Yang dikhawatirkan investor adalah hilangnya likuiditas, kita punya saham tapi tidak bisa dijual. Itu masalah dan kekhawatiran investor ritel,” kata Michael dalam Dialog Khusus iNews TV belum lama ini.

Michael Yeoh yakin rencana baru ini telah membingungkan beberapa investor dan khawatir akan sulit menjual pada harga yang diinginkan. Menurut dia, saham-saham tertimbang IHSG yang masuk dalam PPK cukup banyak sehingga dikhawatirkan akan menjadi “pembebanan” pada level indeks komposit.

Salah satunya adalah saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN). Namun data terkini menunjukkan BREN sudah mengalami penolakan otomatis (ARA) selama tiga hari perdagangan berturut-turut sejak Senin (10/6).

“BREN memiliki kapitalisasi pasar yang besar sehingga pergerakannya berdampak pada IHSG. “Sedikit demi sedikit hal ini akan terus mempengaruhi indeks,” jelasnya.

Ia pun memberikan catatan atas beberapa poin FCA yang dipublikasikan, salah satunya terkait persyaratan yang diberlakukan free float sebesar 7,5%. Jadi jika free float di bawah 7,5%, FCA bisa melakukan intervensi.

“Kalau bicara teknologi, kinerja perusahaannya bagus, fundamentalnya bagus, dengan pembagian saham yang teratur. Tapi karena masalah taktik, kekurangan saham yang beredar di masyarakat dimasukkan ke FCA. Apa akibatnya? ? Malah sahamnya jadi lebih likuid, tapi uangnya habis,” jelasnya.

Pada akhirnya, ia berharap kebijakan FCA akan lebih transparan, meskipun pada prinsipnya Michael Yeoh setuju dengan lelang undangan tersebut.

“Tapi jangan sepenuhnya, sebut saja lelangnya oke. Jadi kita berharap kebijakan FCA ini dikaji ulang, bukan ditinggalkan tapi diperbaiki. Jangan dilakukan sepenuhnya karena bisa membuat investor swasta dan regulator takut. Itu harus dilakukan.” sudah jelas penghentian operasinya,” ujarnya.

Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut metode call Auction dapat membuat order book perdagangan menjadi tidak sensitif, terutama terhadap permintaan beli atau jual yang agresif, yang sebenarnya ditujukan untuk saham-saham yang masih direkrut secara khusus.

“Dengan sistem perdagangan call lelang dari waktu ke waktu, order book menjadi lebih sensitif terhadap pesanan agresif dengan jumlah besar. Jadi ini akan mengurangi volatilitas,” kata Direktur Utama Pengawas Pasar Modal, Derivatif Keuangan dan OJK Carbon Exchange Inarno Djajadi, baru-baru ini.

Tentu saja pasar saham tetap memberikan Indicative Equilibrium Price (IEP) dan Indicative Equilibrium Volume (IEV) sebagai patokan bagi investor. Inarno mengatakan, IEP dan IEV didasarkan pada seluruh pesanan yang ada di order book, dengan menghitung harga pada titik impas.

“Jadi jangan hanya melihat harga untuk pesanan dalam jumlah banyak,” tegas Inarno.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours