Udara Jakarta sangat tidak sehat dengan indeks 223 pada Selasa pagi

Jakarta (ANTARA) – Kualitas udara di DKI Jakarta pada Selasa pagi masuk kategori tidak sehat, kembali menempatkan Jakarta sebagai kota dengan kualitas udara terburuk di dunia.

Berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir, pada pukul 06.30 WIB indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta berada pada angka 223.

Sedangkan angka partikel halus (particulate matter/PM) sebesar 2,5.148 mikrogram per meter kubik (µg/m³) atau setara dengan 29,6 kali nilai pedoman kualitas udara tahunan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Setelah Jakarta di peringkat pertama, kota dengan kualitas udara terburuk adalah Kinshasa, Kongo dengan indeks kualitas udara 183, disusul Kampala, Uganda di peringkat ketiga dengan indeks 165.

Di halaman ini, Tangsel menjadi kota dengan kualitas udara terburuk di Indonesia dengan tingkat indeks 278 dengan kategori sangat tidak sehat.

Setelah Jakarta di peringkat kedua, Kota Bandung mencatatkan kualitas udara dengan indeks 167 dan tercatat tidak sehat.

Beberapa wilayah di Jakarta saat ini memiliki kualitas udara yang sangat tidak sehat, yakni Jeruk Purut, Cilandak Barat, dan Kemang.

Masyarakat diimbau menghindari aktivitas di luar ruangan, memakai masker saat berada di luar ruangan, menutup jendela untuk menghindari kotornya udara luar, dan menyalakan filter udara.

Sementara itu, Sistem Informasi dan Kebersihan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta mencatat kualitas udara di Jakarta secara keseluruhan untuk pencemaran udara PM2.5 masuk kategori sedang dengan indeks 79, menurut data terakhir yang diunggah di 05:00 WIB.

Kategori sedang berarti tingkat kualitas udara tidak mempengaruhi kesehatan manusia atau hewan tetapi mempengaruhi sensitifnya tanaman dan nilai estetika.

Beberapa wilayah yang tercatat masuk kategori udara sedang yakni Kebon Jeruk, Kelapa Gading, dan Lubang Buaya, sedangkan wilayah yang masuk kategori tidak sehat adalah Jagakarsa.